Minggu, 21 April 2013

Kepak Sebelah Sayap

Cerpen: Stephanie Beauty

"Maaf Pak Reza, Ibu Andini harus merelakan payudara sebelah kirinya untuk diangkat. Kecelakaan yang dialami istri Anda telah menyebabkan luka yang sangat parah. Kemungkinan hidupnya pun kecil jika tetap mepertahankan payudara itu. Nyawanya bisa terselamatkan jika prosedur pengangkatan payudara dilakukan. Silakan Bapak berbicara terlebih dahulu dengan keluarga," tutur Dokter Nison kepada Pak Reza tentang keadaan istrinya.

"Baik, Dok. Saya akan berbicara dengan keluarga saya. Mohon bantuannya, Dok. Selamatkan istri saya," kata Pak Reza.

"Baik, Pak. Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Mohon jangan terlalu lama mendiskusinyakannya, Pak. Ibu Andini harus segera ditolong. Permisi," Dokter Nison menepuk pelan bahu Reza.

Sepeninggal Dokter Nison, Reza segera mendiskuksikan keadaan Andini kepada keluarganya. Termasuk dihadapan kedua anaknya, Horyzon dan Janice. Kedua anaknya mungkin tidak mengerti karena masih berusia 1 dan 2 tahun. Kedua keluarga telah menyetujui prosedur operasi. Walau berat hati, mereka ikhlas demi menyelamatkan nyawa Andini. Reza menarik napas panjang , kemudian ia segera menemui Dokter Nison untuk memberitahu bahwa ia menyetujui prosedur operasi tersebut. Segala persiapan pun dilakukan dengan segera dan dioperasilah Andini.

Delapan jam lamanya sepuluh orang dokter, termasuk dokter bedah, dokter kulit, dan Dokter Nison sendiri yang bertindak untuk mengoperasi Andini. Operasi berjalan sukses. Andini berhasil diseamatkan tanpa harus mengalami pendarahan yang hebat. Tiga jam setelah operasi, Reza diperbolehkan menemui istrinya.

"Sayang, aku baik-baik saja kan? Argh.. dadaku sakit sekali," Andini menyentuh dada sebelah kirinya untuk merasakan mengapa begitu sakitnya. Andini terdiam begitu mengetahui bahwa ada sesuatu yang berbeda dari dari dadanya. Dadanya rata, hanya sebelah sisi saja. Ia menoleh pada Reza untuk meminta penjelasan, Reza hanya mampu mengangguk kemudian memeluk istrinya yang seketika itu juga menangis sejadinya. Andini sangat terpukul dengan keadaannya. Butuh waktu cukup lama baginya untuk mengikhlaskkan kejadian ini. Namun, karena dukungan semua keluarga, terutama Reza suaminya, ia bangkit dengan susah payah. Ia sadar masih ada Horyzon, Janice, dan suaminya yang perlu ia perhatikan. Andini menitikan air mata untuk terakhir kalinya. Ia tidak ingin bersedih lagi, karena semuanya tidak akan kembali lagi.

Andini membesarkan kedua anaknya dengan penuh kasih. Ia ingin anaknya tumbuh dan menyayangi ia apa adanya setelah setelah mengetahui keadaan ibunya ini. Walau sekarang ia hanya bisa memiliki sebelah sayap saja. Ia bahagia Horyzon dn Janice tumbuh dengan sehat. Hanya saja Horyzon menjadi anak yang nakal. Maklum saja usia remaja 17 tahun saat ini rentan dengan kenakalan. Ryzon juga masih malu mengakuinya. Ia sering kali tidak menganggap Andinisebagai ibunya. Teman-temanya sering mengatainya karena mempunyai ibu cacat. Andini paham betul bagaimana perasaan Ryzon terhadapnya. Ia tahu bahwa suatu hari nanti Ryzon akan menyayangi dirinya. Bahkan jika harus menunggu waktu kematiannya.

"Minggu depan ada pertemuan orangtua, aku ingin papa saja yang datang. Mama tidak perlu datang," ucap Ryzon.

"Baiklah, kalau itu mau kamu, sayang. Mama tidak akan datang," Andini tersenyum lembut ke arah putra semata wayangnya.

"Ryzon!! Kamu keterlaluan. Itu mama kamu, bagaimana bisa kamu berkata demikian. Kalau kamu masih bertahan dengan ego kamu, lebih baik kamu pergi dari rumah ini!! Papa sudah muak melihat ulahmu ini!!" seru Reza pada Ryzon disaksikan Janice yang ketakutan memeluk ibunya. Baru kali ini Rez marah besar.

"Baikalah! Ryzon pergi dari rumah ini, Pa. Terima kasih telah membesarkan Ryzon dengan susah payah.... mama," Ryzon mengucapkan kata 'mama' dengan penekanan yang melecehkan.

"Pa, sudahlah. Hari sudah malam, kasihan Ryzon. Jangan seperti ini, Pa. Mama tidak apa-apa," Andini berusaha melerai pertengkaran dua jagoannya.

"Tidak, Ma. Dia yang harus menyadari kesalahannya. Papa tidak sudi punya anak seperti dia. Dia tidak tahu bagaimana kamu merawat mereka dengan susah payah, sewaktu kamu harus kehilngan sesuatu yang sangat berharga karena mereka. Lebih baik aku tidak punya anak seperti dia, daripada aku melihat anakku membenci ibu mereka sendiri," Reza beranjak pergi meninggalkan meja makan menuju ruang kerjanya. Sementara Ryzon beranjak meninggalkan rumah mereka meninggalkan rumah mereka dan pergi dengan larutnya malam. Tinggal Andini dan Janice yang saling berpelukan erat.

Walau hatinya terluka. Ryzon tetap anaknya, darah dagingnya. Tapi ia tentu tidak ingin melawan perintah suaminya. Baginya, suami tetap harus dihormati. Sudah beberapa minggu Ryzon pergi meninggalkan rumah. Kabar terakhir yang Andini dapatkan, Ryzon sudah tidak lagi bersekolah. Hatinya semakin hancur. Anak lelaki satu-satunya tidak bisa lagi ia rangkul. Setiap malam Andini selalu tidak bisa tidur, memikirkan ananknya. Apakah sudah makan? Apakah mendapat tempat tinggal yang layak? Apakah sehat-sehat saja?

Setelah cukup lama tidak ada kabar mengenai Ryzon, tiba-tiba pagi ini ada tetangga yang datang tergopoh-gopoh dan mengatakan bahwa Ryzon ditemukan mengalami kecelakaan mobil dan sekarang berada di ruang ICU rumah sakit. Tidak ada yang tahu bagaimana kecelakaan itu terjadi, polisi menduka kecelakaan tunggal akibat kelalaian pengemudi. Reza dan keluargapun bergegas mendatangi rumah sakit tersebut. Ternyata Ryzon benar berada di sana. Kondisinya tragis. Ia kehabisan banyak darah dan membutuhkan donor darah. Reza langsung mengajukann diri untuk mendonorkan darah. Kebetulan darah mereka sekeluarga sama, yaitu darah O. Setelah Reza mendonorkan darah untuk anaknya, kondisi Ryzon kembali stabil. Dokter Nison pun kembali menemui keluarga Reza. Ia ingin mengabarkan sesuatu yang sangat penting tentang kondisi Ryzon sebenarnya.

"Pak Reza, Bu Andini, Ryzon mengalami kecelakaan yang cukup parah dan kondisinya tidak begitu baik untuk kedua matanya. Matanya tidak bisa melihat lagi," ucap Dokter Nison dengan suara pelan.

"Apa Dok? Anak saya tidak bisa melihat lagi?! Bagaimana bisa Dok?" Andini meneteskan air mata.

"Maaf, Bu. Memang seperti itulah keadaan Ryzon. Dia harus segera mendapatkan donor mata. Tetapi tidak semua mata bisa dipasangkan untuk Ryzon. Kita harus melakukan sejumlah pemeriksaan. Saya akan mendaftarkan nama Ryzon dalam urutan penerima cangkok mata," lanjut Dokter Nison.

"Dokter, Dokter harus selamatkan anak saya. Dia bahkan belum mengakui saya sebagai ibunya. Tolong saya, Dok." Dalam sekejab Andini lemas dan jatuh pingsan setelahmengucapkan kata-kata tersebut. Reza membopong istrinya ke sofa terdekat.

"Baik, Pak Reza, saya serahakan keputusan pada Anda. Ibu Andini baik-baik saja, hanya stres ringan. Kita harus memikirkan cara untuk menyelamatkan anak Anda. Saya akan berdiskusi dengan dokter ahli mata dulu, permisi."

Tidak beberapa lama, Andini sadarkan diri, Reza memberikan sedikit minyak angin untuk menyadarkannya. Kemudian ia berbincang dengan istrinya secara empat mata. Janice disuruh pulang untuk memberitahu keluarga besar mereka.

"Pa, mama ingin menyelamatkan Ryzon. Mama bersedia mendonorkan mata mama, Pa."

"Ma, tidak semudah itu, kita harus memeriksakan apakah cocok atau tidak, lagipula mama bukan orang meninggal, mana mungkin mama bisa mendonorkan mata. Kita akan cari donor sampai ke luar negeri."

"Periksa mama dulu, Pa. Mama yakin bahwa mata mama cocok untuk Ryzon. Tolong Pa, izinkan mama untuk melakukan itu. Untuk anak kita, Pa."

"Tidak, Ma. Kalau mama berkorban sampai seperti ini, bagaimana papa bisa hidup tenang dengan kedua anak kita?"

"Pa, mama sudah cukup lama hidup bahagia bersama papa, Janice dn Ryzon. Ryzon sedang membutuhkan bantuan kita, Pa. Mama ingin dia tetap hidup. Mama ingin dia hidup melanjutkan sisa hidup mama. Mama ingin dia menggantikan mama hidup bahagia, Pa. Papa bersediakan mengabulkan keinginan mama?"

"Baiklah, Ma. Kita akan diskusikan dengan Dokter Nison." Reza memeluk erat istri. Ia sangat berduka kalau harus memilih untuk anak atau istrinya. Keduanya sama-sama ia cintai.

"Dokter, kami sudah sepakat untuk mendonorkan mata. Mohon Dokter mengizinkan dan memeriksa kecocokan mata istri dan anak saya." Reza berkata sembari menagis.

"Mksud Anda?!" Dokter Nison terhenyak mendengar penuturan pasangan suami istri ini.

"Saya tidak tahu apakah prosedur ini boleh dilaksanakan. Karena saya belum pernah mendapat kasus menerima cangkok mata dari orang hidup. Ini namanya pembunuhan, Pak Reza."

"Tolong Dok, untuk anak saya, saya sanggup melakukan ini."

"Baiklah. Kita akan memeriksa mata istri Anda dengan Ryzon. Silakan ke ruang periksa, saya dan suster akan menyiapkan peralatannya."

Satu jam berlalu, pemeriksaan menunjukkan kedua lingkaran bola mata ibu dan anak itu cocok. Andini pun diizinkan untuk menemui seluruh anggota keluarganya untuk terakhir kalinya. Semua meneteskan air mata bagai sudah mendapati dirinya terbaring kaku. Yang terakhir Andini menemui Ryzon yang sudah siap di ruang operasi. Ia memeluk dan mencium anaknya sembari berkata bahwa ia sangat mencintainya. Kemudian setelah semuanya selesai, ia dibawa menuju ruang operasi.

Satu bulan kemudian, kondisi Ryzon sudah pulih. Ia sudah bisa menyesuaikan diri dengan mata barunya. Mata yang indah dan lembut. kemudian untuk pertama kali pertama ia menanyakan dimana ibunya.

"Pa, mama mana? Ryzon mau minta maaf."

"Mamamu sudahpergi jauh, nak. Mama sudah meninggalkankita semua." Reza tak kuasa menahan air matanya. Janice yang berada di sana juga menangis sesegukan.

"Mama kemana, Pa? Janice?"

"Mama menyelamatkan kakak dengan kedua mata mama, Kak." Janice menangis pilu. Kemudian karena tidak tahan menahan air matanya, ia berlari keluar ruangan.

"Apa maksudnya, Pa? Mata ini mata mama?" Ryzon terhenyak mendengar mendengar ucapan Janice.

"Benar, Nak. Mama mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan hidupmu. Mama sangat mencintaimu, Nak. Mama ingin kamu terus hidup bahagia melanjutkan sisa hidup mama. Itu pesan mama untukmu," Reza gemetar menahan pilu yang teramat dalam. Ryzon terdiam membisu mendapati kenyataan bahwa mamanya pergi untuk selamanya karena menyelamatkan hidupnyaa.

Seminggu kemudian Rizon, Janice dan Reza berziarah ke makam Andini. Ryzon tersungkur di pusara ibunya. Ia menangis, menahan kesedihan yang teramat dalam, juga rasa pnyesalan, dan terima kasih untuk segala pengorbanan yang ibunya berikan selama ini. Ia menyesal karena selama ini membenci ibunya akan kekurangan fisiknya. Ia menyesal setelah ia mengetahui bahwa ternyata kecelakaan yang menyebabkan payudara ibunya terpaksa diangkat karena ingin menjemput ia dan Janice di rumah nenek. Betapa banyak kesalahan yang ia lakukan. Ia berjanji bahwa ia akan hidup bahagia untuk meneruskansisa hidup mamanya di dunia ini. Terima kasih mama untuk sebelah sayap yang kau derita karenaku, dan ini untuk kedua mata indah ini. I love you, bisik Ryzon dalam hatinya. (*)

Citra Budaya

Sumatera Ekspres, 21 April 2013

Sabtu, 20 April 2013

Download Mp3 Bon Jovi

1. Always (5.4 Mb)
Download files from:



2. Bed Of Roses (6.0 Mb)
Download files from:


3. Blaze Of Glory (5.3 Mb)
Download files from:


4. It's My Life (3.5 Mb)
Download files from:


5. Santa Fe (5.2 Mb)
Download files from:


6. Never Say Goodbye (4.5 Mb)
Download files from:


7. Billy Get Your Guns (4.5 Mb)
Download files from:


Iwan Lemabang Collection's

Jumat, 19 April 2013

Download Mp3 Ahmad Albar

1. Ahmad Albar - Syair Kehidupan (1.3 Mb)
Download files from:



2. Ahmad Albar - Sudahlah Aku Pergi (3.4 Mb)
Download files from:



3. Ahmad Albar feat Gito Rollies - Kartika (5.0 Mb)
Download files from:


4. Gito Rollies - Haus Di Padang Tandus
Download files from:

Senin, 01 April 2013

Sumpah Si Pahit Lidah

Menyikapi Pacar Yang Tak Kunjung Melamar

Beri Sinyal Siap Menikah


Umur sudah kepala tiga. Pacaran sangat lama sekali. Mungkin risau, mungkin tak jelas. Perasaan galau ini wajar bagi perempuan, jika pacarnya tak kunjung melamar. Lalu bagaimana menyikapnya?

* * * * * * * * * * * * * * *

Kini saatnya perempuan mengambil langkah-langkah lebih dulu. Bukan melamarnya, tapi mwmberi sinyal bahwa Anda sudah siap hidup bersama dan menjadi istrinya. Ini setelah Anda mearasa cocok satu sama lain, mapan dari segi finansial, fisik, maupun mental. Sementara si pria tak punya inisiatif mengajak kekasihnya menikah.

Seperti dikutip dari The Knows, maka perempuan lah yang harus mengambil tindakan. Yang pertama, tunjukkan ketertarikan pada apa yang dia sukai, misalnya ikut sang pacar mononton pertandingan favoritnya. Tindakan ini akan membuatnya sadar, bahwa Anda mencintainya dengan tulus dan nyaman dengan kehidupannya. Dengan begitu, sang kekasih pun akan yakin bahwa Andalah orang yang tepat dijadikan pendamping seumur hidup.

Lalu, libatkan dia dalam kegiatan keluarga dan buat dia nyaman. Ini akan mendekatkan sang kekasih kepada keluarga terutama orang tua Anda. Ketiga ajak dia mengenang pertemuan pertama yakni momen-momen spesial yang pernah dilalui misalnya pertama kali bertemu, peristiwa brkesan, dan lainnya. Sehingga dia pun tak ingin kehilangan perasaan bahagi itu dan memutuskan segera meminang Anda.

Buatkan pula makanan untuk dia dan keluarganya untuk mencuri perhatiannya. Tindakan ini akan menyakinkan sang pacar bahwa Anda adalah orang yang tepat menjadi istrinya. Jika semua tak mempan dan dia tak kunjung dan dia tak kunjung melamar, maka jalan terakhir bicaralah soal pernikahan.

Mengawali pembicaraan pernikahan, lakukan secara santai. Ini agar makin mantap hatinya mengakhiri masa lajang dan melamar Anda. Sampaikan cerita teman lama Anda yang sudah menempuh hidup baru. Betapa bahagianya bisa selalu berdua. Giringlah dia pada percakapan tentang kepastian masa depan berdua.

Jika dia tidak meresponsif terhadap pendekatan tidak langsung, beralihlah kependekatan secara langsung. Dengan perlahan bukalah pembicaraan dengan ungkapaan seperti, "Jika kita hidup bersama, dan kemudian, jika kita menikah."

Perhakikan reaksinya. Apakah mulai mengarahkan topik pembicaraannya ke arah yang Anda maksudkan atau malah menghindari? Harap diingat, meskipun ini sudah lama Anda pikirkan, tapi mungkin bagi sang pacar adalah baru. Perlu pemikiran cukup lama baginya untuk mempertimbangankan. Jadi, jangan berharap dia akan menjawab secepatnya.

Tanggapi segala ketakutannya tentang pernikahan. Mungkin dia khawatir setelah Anda akan berubah. Atau soal biaya pernikahan, dan lainnya. Jika itu terjadi, lakukanlah kompromi misalnya, pernikahan tak perlu dirayakan secara besar-besaran.

Hindari sikap dominan. Sering kali Anda menemukan kekurangan sang pacar namun Anda tidak toleran. Tidak tertutup kemungkinan sikap dominan Anda membuat dia cenderung enggan menikahi Anda. Terakhir ingat, sampaikan ajakan menikah Anda sekali saja. Jangan berkali-kali hingga membuat dia tak akan ambil pusing lagi. (fad/berbagai sumber/ce1)

Sumatera Ekspres, Minggu, 31 Maret 2013