Senin, 10 Juni 2013

Misteri Gua Puteri Baturaja

Misteri Gua Puteri BaturajaLokasihnya memang agak tersembunyi, namun pendatang baru sekalipun dengan mudah bisa menemukannya. Sebab, warga sekitar gua akan dengan senang hati mengantar. Apalagi, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu sudah membangun jalan beton yang mengarah ke mulut gua. Jalan selebar 1-2 meter itu cukup lapang untuk dilalui.

Memasuki gua tersebut tidak perlu memiliki keahlian khusus layaknya penelusur gua. Pintu gua cukup lebar dan tinggi sehingga pengunjung tidak perlu menunduk, apalagi merangkak untuk memasukinya. Begitu juga ruangan di dalam gua tersebut. Lebar gua yang bervariasi, 8-20 meter, cukup lapang untuk berjalan-jalan. Jarak antara lantai gua dan langit-langitnya pun lebar, berkisar 2,7-4 meter.

Hanya, meski kondisinya lapang, pengunjung harus berhati-hati saat menapaki lantai gua dan menyusuri rute dari pintu masuk sampai ke pintu keluar. Meski sudah ada lampu penerangan di rute sepanjang 500 meter tersebut, dinding gua yang kelam tidak cukup membantu untuk menerangi isi gua. Selain pencahayaan yang tidak terlalu terang, pengunjung harus berhati-hati. Sebab, di beberapa bagian, jalanan menanjak dengan lantai yang licin.

Misteri Gua Puteri BaturajaBegitu memasuki gua tersebut, bau khas kotoran kelelawar langsung menyambut. Tidak perlu kaget jika tiba-tiba beberapa ekor binatang malam itu melintas. Pada langit-langit, ratusan kelelawar bergelantungan dengan kepala di bawah. Semua tantangan perjalanan dan sambutan itu terbayar ketika memasuki bagian tengah gua. Beragam bentuk batuan, termasuk stalagtit dan stalagmit seakan menembus lantai dan langit-langit gua. Belum hilang kekaguman menyaksikan benda-benda bentukan alam tersebut, telinga sudah terbuai dengan suara gemericik air dari bagian tengah gua. Suara itu berasal dari sungai bawah tanah di gua tersebut.

Sungai tersebut merupakan aliran anak Sungai Semuhun yang selanjutnya bertemu dengan Sungai Ogan. Meski berada di dalam gua, sungai itu cukup besar. Lebar badan sungai tersebut bervariasi, 8-12 meter. Konon, warga sekitar meyakini bahwa sungai di dalam gua itu dulu adalah pemandian bagi para putri kerajaan. Ada juga yang mempercayai bahwa air sungai tersebut mengandung khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Hanya dengan membasuh muka dengan air sungai tersebut, warga sekitar yakin bisa awet muda. Remaja yang belum mendapatkan jodoh juga bisa mencoba khasiat air sungai itu yang disebut-sebut bisa mengentengkan jodoh. Dugaan bahwa Gua Puteri pernah menjadi hunian manusia prasejarah didasari penelitian pada 2005. Balai Arkeologi Palembang menemukan jejak-jejak budaya prasejarah pada kedalaman tertentu.

Beberapa diantaranya pecahan gerabah, tulang binatang, bahkan tulang manusia. Juga ditemukan beberapa perkakas kuno, seperti batu pukul, batu pahat dan kapak batu. Temuan-temuan itulah yang mengarah pada dugaan bahwa gua tersebut pernah dihuni manusia. Dugaan tersebut diperkuat hasil penelitian tim Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslitbang Arkenas) yang dipimpin Prof Truman Simanjuntak pada awal 2009. Penelitian tersebut dilakukan di Gua Harimau yang lokasinya berdekatan dengan Gua Putri. Di Gua Harimau, tim itu menemukan empat kerangka manusia yang berdasar ciri-cirinya berasal dari zaman neolitikum. (net)

Sumber: Palembang Pos

Misteri Danau Dendam Tak Sudah

Misteri Danau Dendam Tak SudahNama Danau Dendam Tak Sudah, Bengkulu, memang terasa menyeramkan yang mengandung misteri didalamnya. Danau Dendam Tak Sudah memang belum seakrab danau-danau besar di Indonesia lainnya, seperti Danau Toba di Sumatera Utara, Danau Maninjau dan Danau Singkarak di Sumatera Barat dan Danau Ranau di Lampung. Namun pesona Danau Dendam Tak Sudah di Bengkulu ini tidak kalah indahnya dengan danau-danau lainnya.

Dari namanya saja danau ini sudah bisa mengambil perhatian para traveler. Nama Danau Dendam Tak Sudah memang tidak sewajar danau lainnya, menyeramkan dan pastinya meninggalkan tanda tanya. Mengapa dinamakan Danau Dendam Tak Sudah? Konon dibalik danau ini terdapat kisah di dalamnya. Nama ”Dendam Tak Sudah” diambil berdasarkan cerita tentang muda-mudi yang mengikat janji sehidup semati. Akan tetapi, kisah cinta mereka terhalang oleh orangtua si gadis yang tidak merestui hubungan mereka.



Gadis tersebut dijodohkan, tetapi ia tidak dapat berpaling. Kemudian keduanya memutuskan untuk bunuh diri bersama dengan cara menyeburkan diri ke danau. Konon, sejak kejadian itu di dalam danau terdapat dua ekor lintah besar yang dianggap sebagai jelmaan pasangan itu.

Danau Dendam Tak Sudah terletak di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Selebar dan Kecamatan Talang, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Lebih tepatnya berjarak sekitar 6 km dari pusat Kota Bengkulu.

Danau seluas 577 hektare ini konon terdapat gunung berapi. Di kawasan cagar alam ini juga terdapat tanaman anggrek pensil, anggrek matahari, bakung, nipah, pulai, ambacang rawa, terentang, plawi, brosong, gelam, pakis, dan sikeduduk.

Harus diketahui bahwa anggrek pensil diyakini hanya tumbuh di kawasan ini. Selain floranya, ditempat ini juga terdapat fauna langka. Wisatawan bisa menemukan lutung dan kera ekor panjang yang bergelantungan di pepohonan. Atraksi ini tentunya juga memberikan daya tarik bagi wisatawan. Semua keunikan yang ada di danau ini juga didukung oleh keindahan alam yang mempesona. Mengandung potensi sebagai keseimbangan ekosistem dan kelestarian ekologi.

Banyak hal yang bisa membuat wisatawan betah berlama-lama di danau ini. Wisatawan juga bisa menyaksikan permukaan danau yang terlihat kemerahan. Serta atraksi matahari terbit. Selain itu, wisatawan juga bisa berperahu ria menggunakan rakit ke seluruh penjuru danau sambil memancing. Akses menuju Danau Dendam Tak Sudah sangat mudah. Wisatawan bisa memulai perjalanan dari Kota Bengkulu ke arah Kota Curup. Wisatawan bisa menggunakan mobil atau bus jurusan Bengkulu-Danau Dendan Tak Sudah dengan jarak tempuh sekitar 30 menit. Satu lagi, selain untuk wisata, danau ini juga dimanfaatkan sebagai daerah tangkapan air. (net)

Sumber: Palembang Pos

Misteri Segitiga Bogor

Misteri Segitiga BogorDI wilayah sekitar Halimun Bogor dan sekitarnya ada benteng-benteng milik Prabu Siliwangi yang tak kelihatan, pusat kerajaan ada di Gunung Salak, sebenarnya ini sudah menjadi rahasia umum. Catatan sejarah soal Kerajaan Siliwangi pasca kehancurannya setelah diserang Kesultanan Banten pada tahun 1620-an, adalah catatatan pertama kali dari Scipio yang melakukan ekspedisi sekitar tahun 1687 mencatat ada ratusan macan gembong atau harimau bertempat tinggal di sebuah bangunan dekat Kebun Raya Bogor sekarang, selain itu ditemukan rawa yang berisi badak di sekitar Sawangan, dinamakan Rawa Badak dimana di ujung Rawa Badak ditemukan juga situs parit dan bekas tembok keraton yang dijadikan sarang macan, sekarang sarang macan ini dikenal pertigaan beringin di Sawangan. Selain catatan-catatan arkeologi, ada catatan mistis tentang segitiga Bogor.

Ada tiga gunung yang dianggap angker di masa Mataram Sultan Agung, pertama Gunung Merapi, Kedua Gunung Slamet dan Ketiga Gunung Halimun, diantara ketiganya Gunung Halimun-lah yang dianggap paling angker karena memiliki misteri luar biasa. Sampai saat ini banyak peristiwa jatuhnya pesawat di sekitar segitiga Gunung Halimun-Gunung Salak-Gunung Gede.

Daya energi ketiga gunung itu ada di Istana Cipanas, sekitar gedung yang dibangun Bung Karno namanya Gedung Bentol, tempat dimana Bung Karno selalu bermeditasi sejak dia menempati Istana Merdeka di tahun 1949. Di belakang Gedung Bentol ada sumber air panas, yang merupakan energi dari Siliwangi.

Dilamarnya Puteri Dyah Pitaloka yang kecantikannya serupa bidadari dan mewariskan kecantikan yang bisa dilihat pada gadis-gadis Bandung, Cianjur dan Sumedang sekarang ini adalah rahasia ‘Wahyu Nusantara’ yang dimiliki kerajaan Pajajaran, dimana Gadjah Mada ingin memilikinya “Siapa yang menguasai Wahyu Nusantara dia akan menguasai Indonesia’, penguasaan wahyu nusantara ini menimbulkan konflik antara Hayam Wuruk yang berpendapat bahwa wahyu itu bisa diambil dengan cara Ken Arok yaitu menikahi puteri sang Raja, di satu sisi wahyu bisa diambil dengan cara menaklukkan Pajajaran dan membangun kerajaan Majapahit Barat di Pakuan.

Tanpa disengaja menurut kepercayaan banyak orang Bung Karno mengawini puteri Bandung yaitu Inggit Garnasih yang ditengarai masih keturunan Raja Siliwangi dimana wahyu Nusantara bersemayam di tubuh Inggit Garnasih, dan Bung Karno keturunan langsung Brawijaya V mengobarkan semangat Nusantara bermula di Bandung pada rapat politik Radicale Concentratie di Bandung tahun 1922.

Bandung adalah kota terakhir dimana Prabu Linggabuana menyucikan diri di danau Bandung sebelum berangkat ke Majapahit dan kelak beristirahat di Pesanggrahan Bubat dimana kemudian datang Gadjah Mada dan terjadilah insiden pembunuhan dan pembantaian besar-besaran rombongan Pajajaran.

Sisa-sisa dari Laskar Perang Bubat melarikan diri ke Gunung Salak, sementara sisa-sisa dari punggawa Siliwangi yang diserang Banten lari ke Gunung Halimun. Tempat dimana seringnya pesawat menghilang, ini mirip dengan segitiga Bermuda dan segitiga formosa.

Gunung Halimun dan Gunung salak ini mirip Gunung Lawu yang disucikan Majapahit, tak boleh ada yang melintasi diatasnya, burungpun bisa mati bila melewati satu titik tanah yang sakral. (net)

Sumber: Palembang Pos