Oleh :Agus Siswanto
Kisah ini tergolong aneh. Selain sulit di terima akal sehat, juga jarang terjadi pada manusia. Tapi pada kenyataannya, kisah ini memang benar-benar terjadi. Sebagaimana dituturkan Ki Joyo Agung kepada Misteri.
KISAH ini terjadi pada saat aku sedang berdzikir selepas melaksanakan shalat tahajjud. Entah kenapa, malam itu udara terasa panas, sehingga untuk melanjutkan dzikir, telah membuatku harus pindah posisi dari dalam kamar keuang tamu. Sekitar settengah jam berdzikir, tiba-tiba saja ada hawa dingin yang datang menerpa. Aku mulai merasakan keanehan, sebelumnya udara terasa begitu menyengat, mengapa sekarang tiba-tiba mendadak berubah dingin?
Namun aku tak mau terganggu, meskipun tahu akan ada sosok gaib yang ingin bertemu. Tetapi hawa dingin ini terasa asing, tidak seperti hawa sahabat-sahabat gaibku yang biasa datang berkunjung. Aku langsung memejamkan mata lebih mengkhusyukkan diri dalam menyatukan pikiran dalam memuji-Nya. Ketika mata baru saja dipejamkan, kembali hawa dinginn menerpaku. 'kali ini terpaannya agak lama, seakan mengganggu tafakurku.
Aku sengaja tidak memperdulikan hawa dingin tersebut. Tapi semakin aku diamkan, hawa dingin tersebut semakin malah semakin kencang menerpa hingga membuat gorden dan beberapa perabot di ruang tamu menjadi bergoyang. Seiring terpaan hawa dingin tersebut, sayup-sayup terdengar suara halus memanggil, "Des bagus... denn bagus." Suara itu semakin jelas terdengar dan seakan memenuhi ruang tamu.
Aku yang merasa terusik dengan sedikit kesal berkata, "Tolong jangan menggangguku. Kalau memang ingin bertemu, datang secara baik-baik dan tunjukkan wujudmu yang sebenarnya.
Setelah bberkata begitu, aku pun terus melanjutkan dzikir sambil memejamkan mata. "Selamat malam, Den bagus. Saya ada di sini di depan Anda."
Seketika aku merasakan hawa dingin yang sangat menusuk dari arah depan. Dengan memantapkan hati, pelan-pelan kubuka kelopak mata. Karena tak ingin kelihatan terkejut dihadapan makhluk halus tersebut, aku pun berdo'a, "Ya Allah kuatkan dn lindungilah hamba dari makhluk yang datang ini."
"Allahu Akbar!" Teriakku dalam hati, karena kaget melihat makhluk yang ada dihadapanku. Namun, kekagetanku cepat-cepat kusembunyikan.
Terlihat sosok anggun dan cantik. Aku mengetahui makhluk itu dari jenis kuntilanak. Karena tak ingin tergoda, maka, aku langsung menanyakan maksud kedatangannya. "Ada apa malam-mlam begini berkunjung menemuiku? Kalau sekedar ingin berkenalan, sebutkan siapa Anda dan asal usul Anda. Setelah itu pergi dari sini. Saat ini waktunya tidak tepat. Aku sedang berdzikir dan lain kali kalau kalau mau bertemu beritahu dulu... ya," kataku dengan nada agak ketus.
Sejenak kulihat kuntilanak itu terdiam dan ragu-ragu untuk mengutarakan maksudnya. Dengan sorot mata tajam, dia terus menatapku dan tiba-tiba menitikkan airmatanya.
"Ya Allah, saya sudah menyakiti hatinya," kataku dalam batin. Melihat keadaan itu, aku menjadi kasihan dan barkata, "Maafkan... aku telah membuatmu bersedih. Katakanlah apa maksudmu. Aku akan mendengarkan dan kalau kamu ada keperluan, Insya Allah aku akan membanntumu."
Setelaah mendengar jawabanku, kuntilanak itu pun tersenyum.
"Namuku Gendawari, Penguasa Bukit Zamzaya. Adapun maksud datand ke sini inginn minta bantuan kepada Den Bagus. Tapi Dan sebelum kulanjutkan, boleh aku bertanya apa benar Den Bagus yang bernama Ki Joyo Agung? Kalau diizinkan boleh saya panggil Den bagus dengan nama itu?" kata Gendawari membuka percakapan.
Astaga! Aku terkesiap mendengar kata-katanya. Bukit Zamzaya? Di mana tempatnya? Dan dari mana dia tahu namaku?
"Lanjutkan ceritamu dan terma kasih telah mengenal saya," jawabku seolah tidak tertarik dengan kedatangannya.
Gendawari melanjutkan ceritanya, "Sejak beberapa bulan ini, anakku sakit. Aku tak tahu apa penyakitnya. Aku sudah kemana-mana berobat, namun penyakitnya tidak kunjun sembuh. Terus aku diberitahu untuk menemui Ki yang bisa mengobati. Dan apabila berkenan, sebagai balasannya aku akan mengabdi pada Ki Joyo seumur hidup."
Usai berkata begitu, Gendawari terdiam sambil menunggu reaksiku selanjutnya. Aku bingung dan terpana seakan tak percaya pada apa yang tengahh kualami.
"Maaf aku hanya manusia biasa yang tidak mempunyai kuasa seperti itu. Kalaupun aku mampu itu hanya kepada manusia, belum pernah kepaa makhluk gaib seperti Nyi Gendawari ," kataku jujur menjawab prmohonannya.
"Tolong Ki. Anak saya sangat parah keadaannya. Saya rasa Ki dapat mengobatinya," ujar Gendawari seperti menangis.
Kembali aku tak tega melihat ekspresi wajahnya dan barkata, "Baiklah aku akan berdoa dul memohon petunnjuk-Nya. Kalau bisa, maka, akan ku bantu. Tapi kalau tidak bisa mohon dimaafkan, karena kecuali Allah SWT, setiap makhluk punya keterbatasan."
"Silahkan, Ki. Aku juga bredoa agar Ki diberi kekuasaan itu," ujar Gendawari mengharap.
Aku pun memejamkan mata sambil berdoa, "Ya Allah, hamba tidak tahu apa yang Kau hadapkan pada hamba sekarang ini. Namun hamba tahu, di balik semua ini ada hikmah besar yang Kau berikan pada hamba. Untuk itu, mohon berilah petunjuk, tuntunan dan kekuatan yang datangnya hanya dari-Mu."
Setelah selesai berdoa, aku pun berkata pada Gendawari ," Silahkan bawa kesini anakmu, Insya Allah aku bissa membantu."
Sambil tersenyum bahagia, Gendawari menoleh ke belakang dan berkata, "Bawa anak kita. Ceptlah dia mau diobati."
Tak lama kemudian muncul dihadapanku dua makhluk. Yang satu tinggi besar dan yang satu makhluk kecil di dalam pangkuannya. Belum habis keterkejutanku, Gendawari berkata lagi, "Ini suamiku. Namanya Lauberdah dan ini anakku. Lihatlah keadaannya sangat parah sehingga harus dipangku bapaknya."
Tanpa banyak bicara, Lauberdah menurunkan anaknya dan meletakkannya dihadapanku.
"Saat aku mengobati, kalian juga harus berdoa dan memohon untuk kesembuhan anakmu," pintaku. Mereka menganggukkan kepala dengan perasaan haru dan cemas melihat keadaan anaknya yang lemah dan tak berdaya itu.
Tanpa membuang waktu, aku merapalkan amalan Ilmu Sepuluh Malaikat, sambil memohon agar diberikan kemampuan oeh Sang Pencipta. Kemudian kuusap dengan perlahan mulai dari kepala hingga kaki menarik keluar ppenyakit anak Gendawari.
Setelah usapan yang ketiga, aku pun berkata dengan sedikit berteriak, "Waras kau dan banngkitlah!"
Alhamdulillah. Dengan ridho dan rahmat-Nya, anak Gendawari langsung duduk dari tidurnya sambil menampakkan wajah ceria layaknya anak manusia yang lucu. Sesaat kemudian, Gendawari memeluk anaknya sambil menangis haru penuh bahagia diikuti suaminya.Melihat situasi ini, hatiku jadi tersentuh, turut larut dalam keharuan. Ya Allah, jangankan manusia, makhluk halus ternyata juga mempunyai rasa kasih sayang terhadap anaknya.
Terkadang kita harus merasa malu, karena di kalangan manusia banyak orag tua yang menelantarkan anaknya. Bahkan tega membunuh dengan cara mengugurkan dan dibuang dengan alasan takut aib terbuka dan tidak mau menanggung malu.
Aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hikmah padakudari peristiwa ini. janganlah sekali-kali menyia-nyiakan anak. Karena dia merupakan titipan yang diberikan Allah kepada kita sebagai orang tua. Kelak kita akan dimintai pertanggung jawaban mengenai harta kita, termasuk anak-anak kita.
Setelah larut dalam keharuan, Gendawari berkata kepadaku, "Terima kasih, Ki telah mengobati anakku hingga bisa sehat seperti semula."
"Jangan berterima kasih kepadaku, tapi berterima kasihlah kepada Tuhan yang telah mengabulkan permohonanmu," ujarku memotong perkataannya.
"Sebenarnya apa yanng terjadi pada anakku, Ki? Dan penyakit apa yang diderita sehingga keadaannya saangat parah?" Tanya Gendawari dengan nada penasaran.
"Anakmu pernah bermain jauh dari lingkungan kalian, bahkan lupa pulang. Karena bingung, dia sempat menyakiti anak manusia," kataku menjelaskan.
"Orangtua anak itu pun memanggil orang pintar untuk mengobati. Orang pintar itu lalu memaksa anakmu pergi dengan sangat kasar. Sehingga anakmu yang idak kuat akhirnya jatuh sakit," lanjutku menguraikan penyebab sakitnya anak Gendawari.
Gendawari dan Lauberdah mengangguk-anggukkan kepalanya mendengarkan penuturanku. Selanjutnya, Gendawari berkata, "Sekali lagi saya dan suami serta segenap rakyat Bukit Zamzaya mengucapkan terima kasih kepada Ki atas bantuannya tadi," katanya.
"Saya juga berterima kasih karena telah dipercaya untuk membantu kalian," jawabku.
Kemudian Gendawari berkata pada Lauberdah suaminya, "Bawa pulang anak kita dan janngan biarkan berain terlalu jauh." Setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih, Lauberdah menghilang daeri pandanganku sambiil menuntun anaknya pulang ke alamnya.
Selanjutnya Gendawari berkata lagi kepadaku, "Sesuai janjiku tadi, maka aku rela mengabdi kepada Ki Joyo seumur hiduup."
Belum sempat kujawab, tiba-tiba sosok Gendawari menghilang ditutup asap tebal. Aku sampaimenutup mata dan hidung karena tidak tahan dengan asap tersebut. Setelah asap mulai menghilang, aku pun berteriak memanggilnya, "Nyi Gendawari, engkau ada di mana?"
Tiba-tiba terdengar suara, "Aku masih di hadapanmu Ki. Sebagai bentuk pengabdianku, maka, aku sengaja mengubah wujud mennjadi keris."
Astaghfirullahaladziim. Seketika aku langsung melihat ke lantai tampak sebilah keris hitam berwarna kusam, tanpa gagang dan sarung. "Nyi Gendawari. Engkau tidak perlu berbuat seperti ini terhadapku. Sebab hanya kepada Allah kita wajib mengabdi," ujarku di antara kebingunganku.
"Tidak apa-apa Ki. Aku sudah berjanji dan ikhlas melakukannya. Karena seperti yang diberitahu kepadaku bahwa Ki mempunyai jiwa yang tulus dan ikhlas, maka, aku pun juga tulus melakukannya," Sahut Gendawari memotonng perkataanku.
Aku terharu mendengar perkataannya. Aku pun hanya bisa terdiam tidak berusaha membalas ucapannya. Karena kupikir percuma juga membantahnya, ya, semua kuserahkan hanya kepada Allah semata.
Hingga kini, keris yang merupakan penjelmaan Gendawari itu masih aku simpan di tempat tersembunyi. Aku tidak ingin keris itu jatuh ke tangan orang yang nantinya dapat menyusahkan atau malah memperbudak orang.
Demikianlah, sekelumit penngalaman mengobati putri penguasa gaib Bukit Zamzaya. Meski tidak pernah mengetahui di mana letaknya, tapi aku merasa bersyukur pernah mengobati makhluk Tuhan dari alam lain. Semoga kisah ini ada manfaatnya.
SUMBER : Misteri Edisi 452, Tahun 2008
Kisah ini tergolong aneh. Selain sulit di terima akal sehat, juga jarang terjadi pada manusia. Tapi pada kenyataannya, kisah ini memang benar-benar terjadi. Sebagaimana dituturkan Ki Joyo Agung kepada Misteri.
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
KISAH ini terjadi pada saat aku sedang berdzikir selepas melaksanakan shalat tahajjud. Entah kenapa, malam itu udara terasa panas, sehingga untuk melanjutkan dzikir, telah membuatku harus pindah posisi dari dalam kamar keuang tamu. Sekitar settengah jam berdzikir, tiba-tiba saja ada hawa dingin yang datang menerpa. Aku mulai merasakan keanehan, sebelumnya udara terasa begitu menyengat, mengapa sekarang tiba-tiba mendadak berubah dingin?
Namun aku tak mau terganggu, meskipun tahu akan ada sosok gaib yang ingin bertemu. Tetapi hawa dingin ini terasa asing, tidak seperti hawa sahabat-sahabat gaibku yang biasa datang berkunjung. Aku langsung memejamkan mata lebih mengkhusyukkan diri dalam menyatukan pikiran dalam memuji-Nya. Ketika mata baru saja dipejamkan, kembali hawa dinginn menerpaku. 'kali ini terpaannya agak lama, seakan mengganggu tafakurku.
Aku sengaja tidak memperdulikan hawa dingin tersebut. Tapi semakin aku diamkan, hawa dingin tersebut semakin malah semakin kencang menerpa hingga membuat gorden dan beberapa perabot di ruang tamu menjadi bergoyang. Seiring terpaan hawa dingin tersebut, sayup-sayup terdengar suara halus memanggil, "Des bagus... denn bagus." Suara itu semakin jelas terdengar dan seakan memenuhi ruang tamu.
Aku yang merasa terusik dengan sedikit kesal berkata, "Tolong jangan menggangguku. Kalau memang ingin bertemu, datang secara baik-baik dan tunjukkan wujudmu yang sebenarnya.
Setelah bberkata begitu, aku pun terus melanjutkan dzikir sambil memejamkan mata. "Selamat malam, Den bagus. Saya ada di sini di depan Anda."
Seketika aku merasakan hawa dingin yang sangat menusuk dari arah depan. Dengan memantapkan hati, pelan-pelan kubuka kelopak mata. Karena tak ingin kelihatan terkejut dihadapan makhluk halus tersebut, aku pun berdo'a, "Ya Allah kuatkan dn lindungilah hamba dari makhluk yang datang ini."
"Allahu Akbar!" Teriakku dalam hati, karena kaget melihat makhluk yang ada dihadapanku. Namun, kekagetanku cepat-cepat kusembunyikan.
Terlihat sosok anggun dan cantik. Aku mengetahui makhluk itu dari jenis kuntilanak. Karena tak ingin tergoda, maka, aku langsung menanyakan maksud kedatangannya. "Ada apa malam-mlam begini berkunjung menemuiku? Kalau sekedar ingin berkenalan, sebutkan siapa Anda dan asal usul Anda. Setelah itu pergi dari sini. Saat ini waktunya tidak tepat. Aku sedang berdzikir dan lain kali kalau kalau mau bertemu beritahu dulu... ya," kataku dengan nada agak ketus.
Sejenak kulihat kuntilanak itu terdiam dan ragu-ragu untuk mengutarakan maksudnya. Dengan sorot mata tajam, dia terus menatapku dan tiba-tiba menitikkan airmatanya.
"Ya Allah, saya sudah menyakiti hatinya," kataku dalam batin. Melihat keadaan itu, aku menjadi kasihan dan barkata, "Maafkan... aku telah membuatmu bersedih. Katakanlah apa maksudmu. Aku akan mendengarkan dan kalau kamu ada keperluan, Insya Allah aku akan membanntumu."
Setelaah mendengar jawabanku, kuntilanak itu pun tersenyum.
"Namuku Gendawari, Penguasa Bukit Zamzaya. Adapun maksud datand ke sini inginn minta bantuan kepada Den Bagus. Tapi Dan sebelum kulanjutkan, boleh aku bertanya apa benar Den Bagus yang bernama Ki Joyo Agung? Kalau diizinkan boleh saya panggil Den bagus dengan nama itu?" kata Gendawari membuka percakapan.
Astaga! Aku terkesiap mendengar kata-katanya. Bukit Zamzaya? Di mana tempatnya? Dan dari mana dia tahu namaku?
"Lanjutkan ceritamu dan terma kasih telah mengenal saya," jawabku seolah tidak tertarik dengan kedatangannya.
Gendawari melanjutkan ceritanya, "Sejak beberapa bulan ini, anakku sakit. Aku tak tahu apa penyakitnya. Aku sudah kemana-mana berobat, namun penyakitnya tidak kunjun sembuh. Terus aku diberitahu untuk menemui Ki yang bisa mengobati. Dan apabila berkenan, sebagai balasannya aku akan mengabdi pada Ki Joyo seumur hidup."
Usai berkata begitu, Gendawari terdiam sambil menunggu reaksiku selanjutnya. Aku bingung dan terpana seakan tak percaya pada apa yang tengahh kualami.
"Maaf aku hanya manusia biasa yang tidak mempunyai kuasa seperti itu. Kalaupun aku mampu itu hanya kepada manusia, belum pernah kepaa makhluk gaib seperti Nyi Gendawari ," kataku jujur menjawab prmohonannya.
"Tolong Ki. Anak saya sangat parah keadaannya. Saya rasa Ki dapat mengobatinya," ujar Gendawari seperti menangis.
Kembali aku tak tega melihat ekspresi wajahnya dan barkata, "Baiklah aku akan berdoa dul memohon petunnjuk-Nya. Kalau bisa, maka, akan ku bantu. Tapi kalau tidak bisa mohon dimaafkan, karena kecuali Allah SWT, setiap makhluk punya keterbatasan."
"Silahkan, Ki. Aku juga bredoa agar Ki diberi kekuasaan itu," ujar Gendawari mengharap.
Aku pun memejamkan mata sambil berdoa, "Ya Allah, hamba tidak tahu apa yang Kau hadapkan pada hamba sekarang ini. Namun hamba tahu, di balik semua ini ada hikmah besar yang Kau berikan pada hamba. Untuk itu, mohon berilah petunjuk, tuntunan dan kekuatan yang datangnya hanya dari-Mu."
Setelah selesai berdoa, aku pun berkata pada Gendawari ," Silahkan bawa kesini anakmu, Insya Allah aku bissa membantu."
Sambil tersenyum bahagia, Gendawari menoleh ke belakang dan berkata, "Bawa anak kita. Ceptlah dia mau diobati."
Tak lama kemudian muncul dihadapanku dua makhluk. Yang satu tinggi besar dan yang satu makhluk kecil di dalam pangkuannya. Belum habis keterkejutanku, Gendawari berkata lagi, "Ini suamiku. Namanya Lauberdah dan ini anakku. Lihatlah keadaannya sangat parah sehingga harus dipangku bapaknya."
Tanpa banyak bicara, Lauberdah menurunkan anaknya dan meletakkannya dihadapanku.
"Saat aku mengobati, kalian juga harus berdoa dan memohon untuk kesembuhan anakmu," pintaku. Mereka menganggukkan kepala dengan perasaan haru dan cemas melihat keadaan anaknya yang lemah dan tak berdaya itu.
Tanpa membuang waktu, aku merapalkan amalan Ilmu Sepuluh Malaikat, sambil memohon agar diberikan kemampuan oeh Sang Pencipta. Kemudian kuusap dengan perlahan mulai dari kepala hingga kaki menarik keluar ppenyakit anak Gendawari.
Setelah usapan yang ketiga, aku pun berkata dengan sedikit berteriak, "Waras kau dan banngkitlah!"
Alhamdulillah. Dengan ridho dan rahmat-Nya, anak Gendawari langsung duduk dari tidurnya sambil menampakkan wajah ceria layaknya anak manusia yang lucu. Sesaat kemudian, Gendawari memeluk anaknya sambil menangis haru penuh bahagia diikuti suaminya.Melihat situasi ini, hatiku jadi tersentuh, turut larut dalam keharuan. Ya Allah, jangankan manusia, makhluk halus ternyata juga mempunyai rasa kasih sayang terhadap anaknya.
Terkadang kita harus merasa malu, karena di kalangan manusia banyak orag tua yang menelantarkan anaknya. Bahkan tega membunuh dengan cara mengugurkan dan dibuang dengan alasan takut aib terbuka dan tidak mau menanggung malu.
Aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hikmah padakudari peristiwa ini. janganlah sekali-kali menyia-nyiakan anak. Karena dia merupakan titipan yang diberikan Allah kepada kita sebagai orang tua. Kelak kita akan dimintai pertanggung jawaban mengenai harta kita, termasuk anak-anak kita.
Setelah larut dalam keharuan, Gendawari berkata kepadaku, "Terima kasih, Ki telah mengobati anakku hingga bisa sehat seperti semula."
"Jangan berterima kasih kepadaku, tapi berterima kasihlah kepada Tuhan yang telah mengabulkan permohonanmu," ujarku memotong perkataannya.
"Sebenarnya apa yanng terjadi pada anakku, Ki? Dan penyakit apa yang diderita sehingga keadaannya saangat parah?" Tanya Gendawari dengan nada penasaran.
"Anakmu pernah bermain jauh dari lingkungan kalian, bahkan lupa pulang. Karena bingung, dia sempat menyakiti anak manusia," kataku menjelaskan.
"Orangtua anak itu pun memanggil orang pintar untuk mengobati. Orang pintar itu lalu memaksa anakmu pergi dengan sangat kasar. Sehingga anakmu yang idak kuat akhirnya jatuh sakit," lanjutku menguraikan penyebab sakitnya anak Gendawari.
Gendawari dan Lauberdah mengangguk-anggukkan kepalanya mendengarkan penuturanku. Selanjutnya, Gendawari berkata, "Sekali lagi saya dan suami serta segenap rakyat Bukit Zamzaya mengucapkan terima kasih kepada Ki atas bantuannya tadi," katanya.
"Saya juga berterima kasih karena telah dipercaya untuk membantu kalian," jawabku.
Kemudian Gendawari berkata pada Lauberdah suaminya, "Bawa pulang anak kita dan janngan biarkan berain terlalu jauh." Setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih, Lauberdah menghilang daeri pandanganku sambiil menuntun anaknya pulang ke alamnya.
Selanjutnya Gendawari berkata lagi kepadaku, "Sesuai janjiku tadi, maka aku rela mengabdi kepada Ki Joyo seumur hiduup."
Belum sempat kujawab, tiba-tiba sosok Gendawari menghilang ditutup asap tebal. Aku sampaimenutup mata dan hidung karena tidak tahan dengan asap tersebut. Setelah asap mulai menghilang, aku pun berteriak memanggilnya, "Nyi Gendawari, engkau ada di mana?"
Tiba-tiba terdengar suara, "Aku masih di hadapanmu Ki. Sebagai bentuk pengabdianku, maka, aku sengaja mengubah wujud mennjadi keris."
Astaghfirullahaladziim. Seketika aku langsung melihat ke lantai tampak sebilah keris hitam berwarna kusam, tanpa gagang dan sarung. "Nyi Gendawari. Engkau tidak perlu berbuat seperti ini terhadapku. Sebab hanya kepada Allah kita wajib mengabdi," ujarku di antara kebingunganku.
"Tidak apa-apa Ki. Aku sudah berjanji dan ikhlas melakukannya. Karena seperti yang diberitahu kepadaku bahwa Ki mempunyai jiwa yang tulus dan ikhlas, maka, aku pun juga tulus melakukannya," Sahut Gendawari memotonng perkataanku.
Aku terharu mendengar perkataannya. Aku pun hanya bisa terdiam tidak berusaha membalas ucapannya. Karena kupikir percuma juga membantahnya, ya, semua kuserahkan hanya kepada Allah semata.
Hingga kini, keris yang merupakan penjelmaan Gendawari itu masih aku simpan di tempat tersembunyi. Aku tidak ingin keris itu jatuh ke tangan orang yang nantinya dapat menyusahkan atau malah memperbudak orang.
Demikianlah, sekelumit penngalaman mengobati putri penguasa gaib Bukit Zamzaya. Meski tidak pernah mengetahui di mana letaknya, tapi aku merasa bersyukur pernah mengobati makhluk Tuhan dari alam lain. Semoga kisah ini ada manfaatnya.
SUMBER : Misteri Edisi 452, Tahun 2008