Sabtu, 22 Desember 2012

Kesedihan Penghuni Kubur

Kesedihan Penghuni Kubur
Oleh: Adminaba

Tsabit Al Banani adalah orang yang biasa melakukan ziarah kubur setiap malam Jumat. Di sana ia bermunajat dan taqarrub (mendekatkan diri) pada Allah hingga Subuh tiba.

Suatu ketika, Tsabit tertidur saat bermunajat, lalu bermimpi. Di dalam mimpinya ia melihat semua penghuni kubur keluar dari kubur mereka dengan mengenakan pakaian indah. Wajah mereka juga berseri-seri. Kemudian setiap orang dari mereka mendapat hidangan makanan bermacam-macam. Namun di antara mereka ada juga seorang pemuda yang tampak bersedih. Wajahnya pucat, rambutnya kumal, pakaiannya jelek, kepalanya tertunduk, serta berlinangan air mata. Ia juga tidak mendapat hidangan seperti penghuni kubur lain.

Setelah itu para penghuni kubur kembali ke dalam kuburnya masing-masing dengan bahagia dan puas, kecuali pemuda itu. Ketika pemuda itu juga hendak kembali ke dalam kuburnya namun dengan penuh kesedihan, duka cita serta putus asa. Tsabit pun berkata kepadanya, "wahai anak muda, siapakah engkau? Mengapa mereka mendapat hidangan serta kembali ke kubur masing-masing dengan kegembiraan dan kebahagiaan, sedang engkau tidak mendapat hidangan, bahkan engkau kembali dengan kesedihan, duka cita, dan putus-asa?"

"Wahai Imam orang-orang mukmin, aku ini seorang pendatang yang terasing dan tak seorang pun mengingatku, mendoakan, maupun melakukan amal kebaikan karena aku. Sementara mereka (para penghuni kubur yang lain) mempunyai anak cucu, kerabat serta keluarga yang senantiasa mengingatnya dan mendoakannya, beramal baik dan bersedekah karenanya. Sehingga setiap malam Jumat selalu datang pada mereka pahala kebaikan dan sedekah dari anak cucu, kerabat serta keluarga mereka. Sebenarnya aku ini orang yang hendak berhaji bersama ibuku. Tapi ketika kami sampai di kota ini, ketetapan Allah (maut) berlaku untukku. Maka ibuku menguburkanku di tempat ini, kemudian ibu menikah dengan seorang laki-laki sehingga lupa padaku dan tak pernah mengingatku, mendoakanku, maupun mengirimkan pahala sedekah untukku. Sungguh, sepanjang waktu aku berada dalam keputusasaan dan dan kesedihan."

Tsabit berkata, "wahai anak muda, katakan padaku di mana ibumu tinggal saat ini? Aku akan memberitahunya tentang dirimu dan keadaanmu."

Pemuda itu menjawab, "wahai imam orang-orang mukmin, sesungguhnya ibuku tinggal di desa sana, rumahnya begini dan begini. Katakan padanya semua tentang diriku. Seandainya ia tidak memberi sedekah padamu maka katakan, sesungguhnya di dalam kantongmu terdapat seratus keping uang perak warisan suami pertamamu. Sedangkan yang berhak memiliki uang itu adalah anakmu yang sudah meninggal dan terasing. Maka sedekahkanlah kepadaku apa yang seharusnya menjadi haknya."

Ketika terbangun dari tidur, Tsabit segera pergi mencari ibu si pemuda yang ditemuinya dalam mimpi itu. Setelah bertemu ibu pemuda itu, Tsabit mengatakan tentang semua yang dialami anaknya, juga mengatakan tentang seratus keping uang perak yang menjadi hak anaknya, yang kini ia simpan.

Mendengar semua yang dikatakan Tsabit, perempuan itu jatuh pingsan karena sedih dan sesal yang amat dalam. Ketika siuman, perempuan itu segera menyerahkan seratus keping uang perak sembari berkata, "aku pasarahkan padamu sedekah seratus keping ini demi anakku yang terasing."

Maka Tsabit pun menerima uang itu, kemudian menyedekahkan semuanya demi si pemuda yang ia temui di dalam mimpinya. Seperti biasa, malam Jumat berikutnya, Tsabit melakukan ziarah kubur lagi. Ia kembali ketiduran saat munajat, hingga bermimpi seperti kemarin. Hanya saja pemuda yang kemarin ia temui dalam mimpi itu kini mengenakan pakaian bagus dan wajahnya berbinar-binar. Ia tampak bahagia. Pemuda itu berkata pada, "wahai Imam orang-orang mukmin, semoga Allah membelas-kasihanimu sebagaimana engkau telah membelas-kasihani aku."

Dari hikayat tersebut, nampak bahwasannya orang yang sudah meninggal merasakan kesedihan bilamana keluarganya yang masih hidup melakukan kejelekan atau tak beramal kebaikan. Sebaliknya jika keluarganya melakukan amal-amal kebaikan, maka orang yang sudah meninggal akan merasakan kebahagiaan, karena mendapat bagian dari pahala mereka, tanpa sedikit pun terkurangi hitungan pahala milik mereka.

Kolom.abatasa.com, Jum'at, 30 November 2012

Cantik Dalam Pandangan Islam

Cantik Dalam Pandangan Islam
Oleh: Adminaba

Wanita tercantik adalah wanita yang memiliki tubuh ramping, pinggang kecil, betis membujur, rambut panjang dan pirang, kulit putih, bibir kecil dan penuh, hidung mancung, dan mata berbinar. Itulah yang ada dalam fikiran wanita atau pria. Sebuah rumus simple namun amat berbahaya. Darimanakah asal muasal rumus ini? Bisa jadi dari media ataupun oleh opini masyarakat yang juga telah teracuni oleh media- baik cetak maupun elektronik- bahwa kecantikan hanya sebatas kulit luar saja.

Orang Indonesia dengan kulit sawo matang yang ada dimana-mana, dan hampir bisa dipastikan bahwa sebagai wanita berkulit sawo matang, akibatnya banyak kaum hawa yang ingin memiliki image cantik seperti yang digambarkan khalayak ramai, mereka tergoda untuk membeli kosmetika yang dapat mewujudkan mimpi-mimpi mereka dan mulai melalaikan koridor syari'at yang telah mengatur batasan-batasan untuk tampil cantik. Kemudian mereka ada yang harap-harap cemas menggunakan cream pemutih wajah, jamu peramping perut dan conditioner herbal penumbuh rambut agar panjang dan ikal, sampai pada usaha memancungkan hidung melalui serangkaian treatment silikon, dan lain-lain. Ini semua menjadikan wanita menjadi tidak percaya diri terhadap inner beauty yang telah Allah berikan padanya sejak lahir, dan akan menunjukkan auranya ketika sudah mencapai akil baligh.

Sekarang kalau ditanya siapakah wanita yang tercantik atau dianggap cantik di muka bumi ini? Maka persepsi yang ditanamkan media, dengan dipelopori dunia barat, tentunya menunjuk gadis berkulit putih yang tinggi semampai, dan rambut pirang kecoklatan, berbaju sexy terbuka, memperlihatkan aurat yang harusnya ditutupi dan menjadikan semua terbuka agar semakin nampak kecantikannya. Apabila telah terpilih sebagai wanita tercantik di seluruh dunia, maka semua wanita akan berlomba untuk mengikuti gaya dan penampilan sang wanita tercantik di seluruh dunia ini sehingga mereka ingin tampil secantik model tercantik.

Menyukai kecantikan dan keindahan adalah salah satu fitrah, kecenderungan yang dimiliki setiap wanita. Dan perasaan ingin cantik ini adalah nikmat Allah SWT. Tetapi seringkali kita salah memaknai nilai kecantikan yang sebenarnya dan menganggap bahwa kecantikan wanita hanya tertumpu pada keindahan fisik atau secara lahiriah saja. Seringkali kita menyaksikan betapa banyak wanita cantik di dunia ini tapi keindahannya hanya sesaat, pribadinya adalah pribadi yang tak menyenagkan, kehidupannya berantakan dan sebagainya. Perilakunya tidak cantik bahkan menimbulkan masalah bagi diri sendiri dan orang lain.

Padahal Allah menciptakan kita tidak dengan sia-sia. Kita dituntut untuk terus menerus beribadah kepada-Nya. Ilmu agama yang harus kita gali adalah ilmu yang (mencontoh Rasulullah). Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ALLAH menciptakan manusia dengan sebaik baik bentuk :

Cantik Dalam Pandangan Islam (QS. At-Tiin: 4, Iwan Lemabang

"Laqod kholaqnal insaana fii ahsani taqwiim"

Artinya:"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
(QS. At-Tiin: 4)


Siapakah yang membuat standar penilaian terhadap ciptaan Allah yang Maha Kuasa? Wahai para wanita percayalah bahwa wanita tercantik adalah wanita yang mampu memahami bahwa dia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan dia diciptakan adalah untuk beribadah:

Cantik dalam Pandangan Islam (QS. Adz-Dzariyaat: 56, Iwan Lemabang)

"wa maa kholaqtuljinna wal insa illa liya’buduun"

Artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyaat: 56)



Rasulullah Shalallahu alaihi Wa Salam bersabda:

"Ketahuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati. (HR. Bukhari dan Muslim)



Berbahagialah ketika kecantikan itu bukan sekedar menghiasi wajah, tapi terutama hati dan akhlak kita. Karena kecantikan fisik pasti akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Tapi kecantikan hati dan akhlak, itulah yang akan bersinar dan terus dikenang oleh orang-orang di sekitar kita.

"Allahumma kamaa hassanta khalqii, fahassin khuluqii"

"Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah kejadian (fisik) ku, maka perindah pulalah akhlakku." (HR. Ahmad)



Sumber: Kolom.abatasa.com Sabtu, 24 November 2012
Kaligrafi Qur'an By: LEMABANG 2008