Janin yang meninggal dalam kandungan, dipercaya sebagian orang masih bisa tumbuh layaknya anak manusia, hanya saja alamnya lain. Benarkah? Terkadang ada pula orang yang memanfaatkan anak ini untuk mencari kekayaan?
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Seorang wanita yang tinggal di sebuah dusun terpencil di daerah Mojokerto, Jawa Timur, dalam beberapa hari selalu mimpi didatangi seorang pemuda yang mengaku sebagai anak kandungnya. Setelah dilakukan konsultasi dengan orang pintar yang membantunya, ternyata pemuda yang datang lewat mimpinya itu adalah roh anak kandunganya yang meninggal puluhan tahun yang lalu saat masih dalam kandungannya dan sempat dilahirkan meski dalam keadaan sudah meninggal.
Cerita tersebut di atas, ada yang menyebut sebagai anak atau bayi bajang, namun ada pula yang menyebut sebagai anak ambar. Orang awam mungkin tidak tahu atau tidak percaya, jika anak ambar atau anak bajang itu di alam gaib mereka akan tumbuh dan berkembang seperti layaknya anak pada umumnya. Meski lain dunia dengan ayah dan ibunya yang berada di dunia, ada sebagian masyarakat yang percaya jika anak ambar ini suatu saat pasti akan meminta sesuatu pada orang tuanya.
Hal ini ternyata pernah dialami seorang ibu yang tinggal di daerah Mojokerto, seperti yang disebutkan di atas, Asmiati, sebut saja begitu, wanita asal Mojokerto ini mengaku mengaku pernah mengandung anaknya pertama dari perkawinannya dengan suaminya sekitar dua puluh tahun yang lalu. Pada waktu itu, mereka sebenarnya sudah lama mendambakan momongan.
Dan, baru menginjak usia perkawinan mereka yang ketiga tahun, Asmiati menampakan tanda-tanda kehamilannya. Sayangnya, pada usia kandungan ke tiga bulan, bayi itu keluar ke dunia atau keguguran.
Janin yang baru berumur tiga bulan itu masih gumpalan darah dan belum berwujud bayi seutuhnya. Karena itu peristiwa tersebut hanya diberitahukan kepada keluarga terdekat dan beberapa tetangga saja. Janin tersebut pun hanya dikuburkan di halaman belakang rumahnya tanpa prosesi pemakaman yang semestinya. Meski begitu, batu nisan tetap diberikan sebagai pertanda bahwa di situ telah dikuburkan anak manusia.
Lambat laun, kuburan bayi itu pun hilang ditelan waktu, begitu pula batu nisannya yang hanya terbuat dari kayu. Sampai akhirnya benar-benar tidak terlihat sama sekali. Seiring dengan waktu, kehidupan keluarga Asmiati yang sebelumnya tenang dan ekonominya baik-baik saja menjadi berantakan.
Suaminya sempat dipecat dari tempat kerjanya. Setelah itu mereka melakukan usaha wiraswasta namun tidak juga berhasil sampai akhirnya benar-benar bangkrut. Bahkan, Asmiati yang sempat hamil itu, selanjutnya tidak lagi menampakkan tanda-tanda akan punya anak lagi.
Melihat kehidupan keluarganya yang terus menerus dilanda masalah, Asmiati dan suaminya pun berkonsultasi pada orang yang dianggap pinta dalam hal-hal supranatural. Sampai akhirnya ia diberi petunjuk untuk kembali marawat makam bayi yang pernah dilahirkannya dalam keadaan sudah meninggal dulu. Setelah itu, konon kehidupan suami-istri ini lambat laun mulai membaik dan bisa punya anak lagi.
Dua puluh tahun berikutnya, Asmiati mengaku sering bermimpi didatangi seorang pemuda yang mengaku sebagai anak kandungnya. Dia menangis dan bersujud di pangkuan Asmiati. Dalam pertemuan dua dimensi itu, pemuda itu ternyata di alamnya sana belum dikasih nama. Ia minta diberi nama, juga ada permintaan yang lain, yakni minta dibelikan baju dan celana baru.
Mulanya hal itu tidak diperhatikan dan dianggap sebagai bunga tidur saja oleh Asmiati dan suaminya. Baru setelah mimpinya itu sering terjadi, Asmiati kembali berkonsultasi pada orang pintar yang pernah didatanginya. Sesuai saran orang pintar itu, pemberian nama itu akhirnya diberikan. Prosesi pemberian nama ini juga harus dilakukan dengan tradisi bancakan atau pemberian nasi kuning pada anak-anak kecil sekampungnya. Permintaan pakaian dan celana juga dikabulkan dengan cara ditaruh di kuburannya.
Anak ambar itu baru lepas sama sekali dan tidak pernah mengganggu kehidupan keluarganya yang di dunia setelah permintaannya yang terakhir. Yakni minta dikawinkan dengan seorang wanita cantik yang ternyata adalah sama-sama anak ambar seperti dirinya. Tidak ingin terjadi hal-hal seperti sebelumnya, keluarga Asmiati pun mengabulkan keinginan anak bajangnya itu meski prosesi perkawinannya hanya diketahui beberapa orang dekatnya, termasuk orang pintar yang sudah menjadi guru spirtual orang tuanya.
Cerita yang hampir sama pernah juga menimpa sebuah keluarga yang tinggal di Jakarta. Bahkan, karena merasa tidak pernah dirawat oleh orang tuanya, anak ambar ini sempat merusak usaha catering orang tuanya. Dia membikin ulah agar rezeki yang mengalir dari usaha catering ibunya itu macet. Pelanggan orang tuanya yang sebelumnya ramai menjadi sepi.
Konon, hal itu karena dikacaukan anak ambarnya yang tidak diperhatikan lagi di alamnya. Bahkan, saat anak itu minta dibelikan cincin untuk tunangan, orang tuanya tdak mengabulkannya. Beruntung keluarga pengusaha bahan-bahan bangunan ini mempunyai orang tua yang mengerti soal-soal seperti itu.
Dan, setelah dibelikan cincin sepasang dan pada malam yang telah dihitung untuk memilih hari baik, cincin itu dikuburkan di nisannya. Selanjutnya, teror anak ambar itu tidak terjadi lagi.
Seorang paranormal yang tinggal di Mojokerto menjelaskan bahwa anak ambar di alam sana juga tumbuh seperti manusia. Bahkan juga menikah. Mereka membentuk komunitas tersendiri, pisah dengan alam jin dan alam arwah. Anak ambar baru benar-benar lepas setelah mereka membentuk keluarga sendiri. Seperti di dunia, seorang anak baru dianggap bisa mandiri setelah mereka berkeluarga.
Hebh mengenai anak bajang atau anak ambar, sebenarnya bukan hal yang baru di negeri ini. Sebuah surat kabar Melayu-Cina pada 1940-an bahkan pernah menulis cerita mengenai anak ambar.
Ceritanya, di sebuah daerah di Jakarta, di antara wanita Betawi keturunan Cina, ada yang memelihara hantu yang berasal dari roh anaknya sendiri yang meninggal karena lahir sebelum masanya.
Untuk hantu yang mirip tuyul ini oleh ibunya dibuatkan perabot kamar yang serba mini, seperti ranjang mini lengkap dengan bantal, guling, selimut, dan sebagainya. Bahkan anak ambar itu dikabarkan sempat minta dikawinkan oleh orang tuanya dengan anak ambar wanita kepunyaan keluarga lain. Keinginan untuk menikahi kekasihnya itu diberitahukan kepada ibunya melalui mimpi.
Pada mulanya anak ambar itu sempat mengamuk dengan merusak perabotan rumah karena keinginannya itu tidak dikabulkan orang tuanya. Karena keanehan terus-terusan terjadi di rumah itu, akhirnya permintaan yang ganjil itu pun dikabulkan. Pesta perkawinannya dikabarkan dilakukan dengan cukup ramai. Bahkan, surat kabar tersebut sempat membuat foto boneka yang dianggap keluarga pemilik anak ambar sebagai simbolisasi perkawinan itu.
Masih menurut paranormal asal Mojokerto, anak bajang atau anak ambar memang bisa dijadikan untuk pesugihan. Ia bisa diperintah untuk mengambil harta benda milik orang lain mirip tuyul. Namun, meski begitu tidak semudah membalikkan telapak tangan lelaku dan prosesi ritualnya. Jika salah bahkan bisa fatal akibatnya, jelasnya tanpa menyebutkan akibat fatal yang bagaimana.
Tidak semua orang bisa melakukannya dan orang yang bisa melakukan pesugihan anak ambar biasanya meminta bantuan seorang dukun dukun. Tapi, meski anak ambar bisa dipelihara untuk pesugihan, bukan berarti melakukan ini tidak ada resikonya.
"Wong anak di alam dunia saja terkadang orang tua sulit mengaturnya, apalagi di alam sana. Tanpa bisa melihat sepak terjangnya tentu lebih tidak terkontrol lagi. Sebab itu, orang yang mau melakukan pesugihan anak ambar harus memikirkan resikonya," ujarnya.