Oleh: Usep M
Aku tidak tahu dari mana kelelawar itu datang. Namun akibat yang ditimbulkan sungguh membuatku teriksa. Bahkan aku nyaris lumpuh dan kehilangan segala-galanya.
Aku ingat betul, bulan itu adalah awal bulan suci Ramadhan waktu, awal bagi umat Islam di seluruh dunia untuk melakukan puasa dan menahan hawa nafsu, amarah, juga menahan rasa lapar dan dahaga selama satu bulan penuh. Di mana kebetulan juga malam itu jatuh pada malam Jumat Kliwon.
Seperti hari-hari biasanya, pada setiap pukul 02.30 WIB kebiasaanku adalah bangun dari tidurku untuk melaksanakan shalat malam, sunnah tahajjud juga shalat hajat. malam-malam yang tak pernah aku lewatkan untuk selalu berkomunikasi dengan Gusti Allah melalui shalat malam. Malam itu sebelum aku terbangun dari tidurku yang sangat lelap, aku bermimpi didatangi sesosok makhluk seperti seekor kelelawar besar dari atap kamarku.
Aku tidak tahu dari mana kelelawar itu datang, yang kulihat sepertinya makhluk itu akan menyerang tubuhku yang dalam keadaan sedang berbaring di tempat tdurku. Seketika aku tersentak dan terbangun, setelah aku sadari bahwa ternyata yang baru saja aku alami tadi hanyalah mimpi belaka, aku pun segera saja beranjak dari pembaringanku, melangkah menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Sesampainya aku di kamar mandi aku mengalami kejadian yang sangat aneh. Secara tak terduga tiba-tiba saja tangan kananku bergerak dengan sendirinya dan secara reflek ingin memukul wajahku sendiri. Dengan reflek pula aku segera menahan ayunan tangan kananku yang mengarah ke wajahku sendiri dengan tangan kiriku.
Aku segera keluar dari kamar mandi. Sesaat aku tak dapat berkata dan berpkir apa-apa, aku hanya diam tertegun dan dan ucapan Istighfar terus kulantunkan tanpa henti, sambil tak lupa juga aku memohon dalam hati kepada Allah SWT, agar aku dilepaskan dari kejadian aneh yang kurasakan saat itu.
Apa salah dan dosak, pikirku. Kubatalkan niat shalat tahajjud dan hajatku malam itu, karena terus terang aku saat itu jadi merasa benar-benar takut dan terguncang dengan kejadian yang baru saja kualami dan tidak masuk akal pikiranku. Bagaimana mungkin salah satu anggota tubuhku ingin menyakiti anggota tubuhku yang lain, sungguh sangat musykil hal itu dilakukan oleh orang yang dalam kesadaran penuh, tidak gila.
Kejadian terus berlanjut, bukan tanganku yang ingin memukul wajahku, tetapi, dimana keesokan harinya tubuhku tiba-tiba saja terasa sangat lemas, nyaris seperti tak bertulang. Namun demikian ku coba paksakan diriku untuk tetap bekerja pada hari itu. Aku tetap berjalan untuk bekerja ke kantor seperti kegiatan rutin setiap harinya.
Namun setibanya d kantor, kurasakan seluruh tubuhku semakin bertambah lemas saja dan seolah tiada daya sama sekali. Atasanku yang mengetahui dan melihat keadaanku saat itu, memberi saran kepadaku untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Dia memberi ijin padaku untuk pulang saja guna berobat ke dokter, dab beristirahat beberapa hari sampai kondisiku sudah memungkinkan untuk kembali ke kantor dan bekerja seperti biasanya.
Tanpa buang waktu dan banyak pikir lagi, aku pun langsung kembali pulang ke rumah untuk kemudian pergi ke dokter praktek guna memeriksakan kondisiku yang semakin terasa lemas. Akhirnya hasil dari pemerksaan dokter itu, aku memang diharuskan istirahat total selama beberapa hari. Beruntung pimpananku di kantor sudah memberi ijin, jadi aku tidak perlu repot-repot lagi mendatangi kantor hanya sekedar untuk meminta ijin atasanku.
Aku pun mengambil kesepatan itu untuk pulang ke rumah orang tuaku agar dapat beristirahat dengan total sesuai yang dianjurkan dokter yang meemeriksaku. Setibanya di rumah orang tuaku, aku disambut dengan tidak kemengertian orang tuaku, kenapa aku kembali ke rumah mereka. Setelah kujelaskan semua keadaanku, dan mereka mengerti, aku langsung beranjak ke kamar tidur, dan langsung aku rebahkan tubuhku yang terasa lemas hingga aku tertidur.
Entah berapa lama aku tertidur, sampai beberapa waktu kemudian tiba-tiba saja aku terbangun, kejadian malam di rumahku terjadi kembali di rumah orang tuaku. jiwaku semakin terguncang, istriku yang kuberitahu keadaanku yang berada di rumah orang tuaku segera datang menjemputku, untuk kembali pulang ke rumah. Tapi kami sempatkan juga untuk mampir mengunjungi rumah orang tua istriku. Sore harinya aku pulang dengan berjalan kaki bersama istriku dan ditemani oleh adik iparku.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba di ujubg kakiku terasa seperti ada sesuatu yang masuk, entah itu apa, tak sempat aku lihat. Benda itu seperti berjalan terus menjalar sampai ke ujung kepalaku. Sampai akhirnya kurasakan mulutku tertarik ke kanan, mataku terbuka lebar dan tubuhku kejang-kejang.
Istri an adik iparku yang melihat semua itu haya bisa menangis, mereka tak tega melihat kondisi badanku seperti itu. Aku masih bisa mendengar biskan adik ipar di telingaku agar aku tetap membaca istighfar. Sedangkan istrku segera mencari kendaraan taksi, untuk membawaku ke Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon.
Sesampainya di rumah sakit itu, aku langsung dimasukan ke UGD dan dengan cepat ditangani oleh seorang dokter perempuan. Saat itu telingaku masih mendengar suara tangisan istri dan adik iparku, dokter yang menanganiku membisikkan kalimat di telingaku untuk tetap mengucapkan istighfar. Alhamdulillah keajaiban terjadi, seketika itu mulutku kembali seperti semula, dokter yang menanganiku sangat senang dan tiada hentinya mengucapkan Alhamdulillah.
Namun selang beberapa saat aku kembali kejang, seperti sesuatu yang terus masuk ke dalam tubuhku terus saja berjalan, suntikan pun diberikan dokter. Terasa obat di tanganku mengalir, sepertinya suntikan itu adalah obat untuk meringankan kejang, lalu aku dibawa ke ruang perawatan.
Setiba di penbaringan kurasakan kepalaku terasa berat seperti terdapat batu yang besar menindih kepalaku, tangan kanan dan kaki kananku terasa lemas seperti tidak dapat digerakan. Keesokan harinya pengobatan dilanjutkan, aku dibawa ke ruang scan untuk dilihat apa penyebab sakit di kepalaku.
Saat itu aku ditangani oleh seorang dokter ahli saraf, hasil dari scan didapat, ternyata di kepalaku terdapat darah menggumpal yang menutupi otakku, sehingga otakku tak dapat berfungsi sepenuhnya. Teman-teman, saudara-saudaraku, semuanya hanya bisa melihatku dengan rasa iba dan sembunyi-sembunyi menangis melihat penderitaan yang ku alami.
Selama 11 hari aku merasakan sakit, tiba-tiba tingkah lakuku pun sepertnya menjadi aneh. Bicaraku sering ngelantur ketika ibuku menanyakan nomor telepon kantorku, aku lupa. Anehnya lagi pada setiap orang yang datang, ibuku selalu bertanya kepadaku "Siapakah ini yang bersama ibu, kamu masih kenal kan?" Aku tidak bisa langsung mengingatnya dan mengenali orang yang bersama ibuku itu. Aku selalu tidak bisa dengan cepat menjawab pertanyaan itu. Memori di otakku sepertinya telah sangat lambat bekerja. Dokter ahi saraf pun akhirnya menyarankan kepadaku untuk melakukan scan kembali.
Dari hasil scan ke-2 aku disarankan dokter untk operasi, karena pembuluh darah yang menggumpal dan menutupi otakku harus dibuang, keluargaku pun segera mengadakan musyawarah mengambil keputusan tentang operasi yang ddsarankan dokter. Dari hasil musyawarah, ternyata keluargaku menolak dilakukan operasi atas dirkiu, karena walaupun berhasil dalam operasi, tetap saja akan ada efek samping dari hasil operasi itu, yaitu aku bsa saja lumpuh. Apalagi dokter pun tidak bisa bertanggung jawab penuh atas hasil operasi hidup atau matku.
Tiba-tiba aku teringat akan uwakku di Desa Cikeleng, Kabupaten Kuningan. Aku minta kepada ibuku agar uwakku didatangkan ke rumah sakit, ibuku pun segera mengabulkan permintaanku dengan menelpon uwakku untuk dapat segera datang ke rumah sakit menemaniku. Tidak memakan waktu sampai sehari, hari itu juga uwakku datang dan melihat diriku.
Melihat kondisiku, uwakku lalu menyarankan agar aku segera dibawa pulang saja, karena menurutnya kondisi penyakit yang kuderita bukanlah penyakit medis, tetapi penyakit non medis. Penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan peralatan dokter secanggih apapun. Tapi saat itu kelargaku tidak begitu saja percaya dengan ucapan uwakku, dan mereka tidak mengijinkannya. Mereka mash tetap bertahan dengan penyembuhan dari dokter rumah sakit itu. Maka uwakku pulang kembali ke Cikeleng.
Malam berikutnya di rumah sakit, aku bermimpi bertemu dengan seorang kuncen, kuncen itu adalah kuncen Nabi Musa AS, beliau meminta kepadaku agar aku menemui Nabi Musa , aku berkata kepada kuncen bahwa aku tidak bisa berjalan, kuncen itu naik ke atas untuk memberitahukan kepada Nabi Musa.
Nabi Musa turun dari atas, beliau berkata kepadaku "Wahai kaumku ikutlah denganku."
"Aku menjawab, "Wahai Nabi aku tak bisa berjalan, tubuhku gemuk. Bagaimana aku bisa mencapai e atas sana?" Kemudian Nabi Musa mengangkatku seolah aku ini tidak mempunyai beban berat, lalu aku dibawanya ke atas. Di sana aku diperlihatkan sebuah mushala yang sangat indah, di sana kulihat ada empat orang yang sedang berdzikir dengan memakai sorban putih. Aku pun bertanya kepada Nabi "Wahai Nabi apa yang dlakukan orang-orang itu?"
Nabi lalu menjawab "Itulah kaumku yang kin menempati mushala ini. Apabila kamu mau, akan kujadikan kau kaumku juga." Aku membalas, "Wahai Nabi, jangan kau ambil diriku dulu, karena diriku belum sepenuhnya membahagiakan orang tuaku dan istri, di mana anakku juga masih berusia 9 bulan, masih sangat butuh kasih sayang seorang ayah. Aku mohon kepadamu ya Nabi."
"Baiklah kalau itu maumu hanya satu yang kuminta darimu, bisakah kau mempertahankan ibadahmu, agar engkau tidak terjerumus menjadi orang-orang yang tersesat. Kalau engkau masih bisa mempertahankan semua itu, kau akan tetap menjadi kaumku," kata Nabi.
,br ?"Insya Allah ya Nabi, aku akan mencoba mempertahankan ibadahku ini," jawabku. Lalu aku dibawanya berkeliling mushala. Betapa megahnya mushala ini. Tetapi aneh, mengapa di pojok mushala masih ada kayun yang keropos. Aku pun bertanya kepada Nabi.
"Ya Nabi mengapa mushala yang begitu megahnya, masih ada kayu yang keropos?"
"Itulah satu tugasmu untuk di dunia." jawab Nabi.
Aku kemudian dibawa kembali ke bawah, dan aku diturunkan, dan sekitak itu aku terbangun dari tidur lelapku.Anehnya aku merasa kondisi badanku saat itu terasa lebih fit. Lalu aku meminta kepada keluargaku untuk memintakan ijin agar aku bisa segera pulang. Keesokan harinya dari pihak keluargaku pun menghadap ke dokter yang selama ini menanganiku.
Tetapi dokter yang menanganiku, tidak mengizinkanku pulang karena mengingat kondisi fisikku, selain belum benar-benar pulih. Dokter spesialis saraf juga tidak mau bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu keadaku, jika aku melaksanakan kehendak untuk pulang ke rumah. Ditambah lagi karena mata sebelah kananku pun tidak bisa melihat, tapi aku dan keluargaku meyaknkan dokter, bahwa Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa pada diriku, karena aku begitu yakin kalau uwakku dapat membantu untuk proses penyembuhan selanjutnya.
Sebelumnya aku memang telah disarankan oleh uwakku untuk dirawat di rumahnya. Setelah memperoleh ijin doter dan aku bisa pulang, aku dan keluarga pun segera berangkat e rumah uwakku di Cikeleng. Di rumah uwaku akupun mulai menjalani pengobatan lanjutan, dimana pada setiap malam, setiap pukul 01.00 WIB aku dibawa oleh uwaku ke makam buyut, makam keramat di Desa Cikeleng. Lokasi makamnya di tengah-tengah hutan, aku di sana berdzikir dengan uwaku dari pukul 01.00-03.00 WIB.
9 hari kemudian, malam itu malam Jumat Kliwon, aku disuruh untuk beristirahat oleh uwaku dari kegiatan melaksanakan dzikir dari pukul 01.00-03.00 WIB. Malam itu, tepatnya pukul 23.00 WIB, aku mendengar suara kroncongan kuda yang sedang berlari memutari rumah uwaku. Aku penasaran dengan suara itu, lalu beranjak ke tepi jendela, kulihat dari balik gorden jendela yang kusingkap, tapi tak tampak apapun di luar sana.
Akhirnya untuk menghilangkan rasa penasaranku, aku pun keluar, ternyata kulihat uwa perempuan ku sedang melakukan semedi, dan uwaku yang laki-laki, seperti sedang melakukan sesuatu. Uwaku terkejut melihatku, aku disarankan untuk masuk kembali. Sepertinya mereka sedang melakukan ritual yang sangat serius. Tepat jam 24.00 WIB pada jam dndingku di kamar, aku mendengar seperti ada orang yang sedang berkelahi, aku hanya mendengarkan saja dari kamarku, tidak berani untuk melihatnya, sampai akhirnya tanpa aku sadari, aku tertidur.
Keesokan harinya jam 10.00 pagi, ketika aku ingin mandi dan aku membuka bajuku, istriku melihat dipundakku seperti ada bekas telapak tangan. Ketika istriku menanyakan kenapa, aku pun tidak tahu dan tidak dapat menjelaskan ada apa sebenarnya pada pundakku.
Lalu aku pun keluar kamar dan menanyakan kepada uwakku. Uwakku hanya diam tidak memberi jawaban, dia hanya meminta aku berbalik membelakanginya, dan dengan membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an dan kemudian ditiupnya bekas telapak tangan yang ada dipundakku. Seketka bekas telapak tangan dipundakku itu hilang dengan sendirinya. Aku meraba keningku, karena terasa seperti ada yang mengganjal, kutarik, ternyata di keningku ada kain kafan, kemudian kuraba pipiku yang seperti ada sesuatu juga, lalu kutarik dan ternyata ada sebuah jarum. Uwakku yang melihat itu semua hanya tersenyum, dan ia berkata bahwa hal itu semua pertanda ada kemajuan dalam pengobatan sakitku, dan uwakku bilang, tidak sia-sia selama 9 hari dia melaksankan ritual.
Kini mata sebelah kananku mulai membaik dan bisa melihat, kakiku pun yang terasa lemas beberapa hari lalu sudah mulai ada kekuatan dan aku sudah bisa berjalan kembali walau kulakukan masih perlahan-lahan. Tak kepalang betapa bahagianya keluargaku melihat kemajuan yang kudapat, maka sre itu pun kami mengadakan syukuran, dengan mengundang tetangga dekat, bersyukur bahwa diriku bisa terlepas dari pengaruh mistik yang entah siapa yang sudah berbuat setega itu padaku.
Kini tinggal sisa-sisa penyakit yang ada pada dirku, aku sudah berangsur pulih seperti sedikala. Lalu aku pun di anjurkan uwakku melakukan kontrol setiap minggu. Pada kesempatan lain aku yang merasa penasaran dengan penyakitku, dan ingin sekedar tahu saja siapakah yang dengan tega berbuat hal itu pada diriku, aku tanyakan hal itu kepada uwakku.
Jawabnya sungguh sangat mengherankan, menurut uwakku, aku terkena serangan santet yang sangat ganas, di mana menurut uwakku lagi semua itu adalah karena perbuatan teman sekantorku yang merasa iri karena aku dekat dengan atasanku. Mengetahui hal itu aku hanya mengucap sykur kepada Gusti Allah, bahwa aku masih dberi kesempatan untk sembuh. Aku pun berjanji dalam hati, bahwa aku tidak akan menaruh dendam pada teman kantorku itu, sesuai yang dsarankan uwakku juga. Dendam adalah perbuatan yang sangat menyakitkan di hati. Semua hanya kepasrahan kepada Gusti Allah. Semoga teman kantorku itu dberi kesadaran Gusti Allah untuk tidak berbuat hal yang sama pada orang lain. (*)
Sumber: Mistri Edisi 561 Tahun 2013
Aku tidak tahu dari mana kelelawar itu datang. Namun akibat yang ditimbulkan sungguh membuatku teriksa. Bahkan aku nyaris lumpuh dan kehilangan segala-galanya.
Aku ingat betul, bulan itu adalah awal bulan suci Ramadhan waktu, awal bagi umat Islam di seluruh dunia untuk melakukan puasa dan menahan hawa nafsu, amarah, juga menahan rasa lapar dan dahaga selama satu bulan penuh. Di mana kebetulan juga malam itu jatuh pada malam Jumat Kliwon.
Seperti hari-hari biasanya, pada setiap pukul 02.30 WIB kebiasaanku adalah bangun dari tidurku untuk melaksanakan shalat malam, sunnah tahajjud juga shalat hajat. malam-malam yang tak pernah aku lewatkan untuk selalu berkomunikasi dengan Gusti Allah melalui shalat malam. Malam itu sebelum aku terbangun dari tidurku yang sangat lelap, aku bermimpi didatangi sesosok makhluk seperti seekor kelelawar besar dari atap kamarku.
Aku tidak tahu dari mana kelelawar itu datang, yang kulihat sepertinya makhluk itu akan menyerang tubuhku yang dalam keadaan sedang berbaring di tempat tdurku. Seketika aku tersentak dan terbangun, setelah aku sadari bahwa ternyata yang baru saja aku alami tadi hanyalah mimpi belaka, aku pun segera saja beranjak dari pembaringanku, melangkah menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Sesampainya aku di kamar mandi aku mengalami kejadian yang sangat aneh. Secara tak terduga tiba-tiba saja tangan kananku bergerak dengan sendirinya dan secara reflek ingin memukul wajahku sendiri. Dengan reflek pula aku segera menahan ayunan tangan kananku yang mengarah ke wajahku sendiri dengan tangan kiriku.
Aku segera keluar dari kamar mandi. Sesaat aku tak dapat berkata dan berpkir apa-apa, aku hanya diam tertegun dan dan ucapan Istighfar terus kulantunkan tanpa henti, sambil tak lupa juga aku memohon dalam hati kepada Allah SWT, agar aku dilepaskan dari kejadian aneh yang kurasakan saat itu.
Apa salah dan dosak, pikirku. Kubatalkan niat shalat tahajjud dan hajatku malam itu, karena terus terang aku saat itu jadi merasa benar-benar takut dan terguncang dengan kejadian yang baru saja kualami dan tidak masuk akal pikiranku. Bagaimana mungkin salah satu anggota tubuhku ingin menyakiti anggota tubuhku yang lain, sungguh sangat musykil hal itu dilakukan oleh orang yang dalam kesadaran penuh, tidak gila.
Kejadian terus berlanjut, bukan tanganku yang ingin memukul wajahku, tetapi, dimana keesokan harinya tubuhku tiba-tiba saja terasa sangat lemas, nyaris seperti tak bertulang. Namun demikian ku coba paksakan diriku untuk tetap bekerja pada hari itu. Aku tetap berjalan untuk bekerja ke kantor seperti kegiatan rutin setiap harinya.
Namun setibanya d kantor, kurasakan seluruh tubuhku semakin bertambah lemas saja dan seolah tiada daya sama sekali. Atasanku yang mengetahui dan melihat keadaanku saat itu, memberi saran kepadaku untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Dia memberi ijin padaku untuk pulang saja guna berobat ke dokter, dab beristirahat beberapa hari sampai kondisiku sudah memungkinkan untuk kembali ke kantor dan bekerja seperti biasanya.
Tanpa buang waktu dan banyak pikir lagi, aku pun langsung kembali pulang ke rumah untuk kemudian pergi ke dokter praktek guna memeriksakan kondisiku yang semakin terasa lemas. Akhirnya hasil dari pemerksaan dokter itu, aku memang diharuskan istirahat total selama beberapa hari. Beruntung pimpananku di kantor sudah memberi ijin, jadi aku tidak perlu repot-repot lagi mendatangi kantor hanya sekedar untuk meminta ijin atasanku.
Aku pun mengambil kesepatan itu untuk pulang ke rumah orang tuaku agar dapat beristirahat dengan total sesuai yang dianjurkan dokter yang meemeriksaku. Setibanya di rumah orang tuaku, aku disambut dengan tidak kemengertian orang tuaku, kenapa aku kembali ke rumah mereka. Setelah kujelaskan semua keadaanku, dan mereka mengerti, aku langsung beranjak ke kamar tidur, dan langsung aku rebahkan tubuhku yang terasa lemas hingga aku tertidur.
Entah berapa lama aku tertidur, sampai beberapa waktu kemudian tiba-tiba saja aku terbangun, kejadian malam di rumahku terjadi kembali di rumah orang tuaku. jiwaku semakin terguncang, istriku yang kuberitahu keadaanku yang berada di rumah orang tuaku segera datang menjemputku, untuk kembali pulang ke rumah. Tapi kami sempatkan juga untuk mampir mengunjungi rumah orang tua istriku. Sore harinya aku pulang dengan berjalan kaki bersama istriku dan ditemani oleh adik iparku.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba di ujubg kakiku terasa seperti ada sesuatu yang masuk, entah itu apa, tak sempat aku lihat. Benda itu seperti berjalan terus menjalar sampai ke ujung kepalaku. Sampai akhirnya kurasakan mulutku tertarik ke kanan, mataku terbuka lebar dan tubuhku kejang-kejang.
Istri an adik iparku yang melihat semua itu haya bisa menangis, mereka tak tega melihat kondisi badanku seperti itu. Aku masih bisa mendengar biskan adik ipar di telingaku agar aku tetap membaca istighfar. Sedangkan istrku segera mencari kendaraan taksi, untuk membawaku ke Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon.
Sesampainya di rumah sakit itu, aku langsung dimasukan ke UGD dan dengan cepat ditangani oleh seorang dokter perempuan. Saat itu telingaku masih mendengar suara tangisan istri dan adik iparku, dokter yang menanganiku membisikkan kalimat di telingaku untuk tetap mengucapkan istighfar. Alhamdulillah keajaiban terjadi, seketika itu mulutku kembali seperti semula, dokter yang menanganiku sangat senang dan tiada hentinya mengucapkan Alhamdulillah.
Namun selang beberapa saat aku kembali kejang, seperti sesuatu yang terus masuk ke dalam tubuhku terus saja berjalan, suntikan pun diberikan dokter. Terasa obat di tanganku mengalir, sepertinya suntikan itu adalah obat untuk meringankan kejang, lalu aku dibawa ke ruang perawatan.
Setiba di penbaringan kurasakan kepalaku terasa berat seperti terdapat batu yang besar menindih kepalaku, tangan kanan dan kaki kananku terasa lemas seperti tidak dapat digerakan. Keesokan harinya pengobatan dilanjutkan, aku dibawa ke ruang scan untuk dilihat apa penyebab sakit di kepalaku.
Saat itu aku ditangani oleh seorang dokter ahli saraf, hasil dari scan didapat, ternyata di kepalaku terdapat darah menggumpal yang menutupi otakku, sehingga otakku tak dapat berfungsi sepenuhnya. Teman-teman, saudara-saudaraku, semuanya hanya bisa melihatku dengan rasa iba dan sembunyi-sembunyi menangis melihat penderitaan yang ku alami.
Selama 11 hari aku merasakan sakit, tiba-tiba tingkah lakuku pun sepertnya menjadi aneh. Bicaraku sering ngelantur ketika ibuku menanyakan nomor telepon kantorku, aku lupa. Anehnya lagi pada setiap orang yang datang, ibuku selalu bertanya kepadaku "Siapakah ini yang bersama ibu, kamu masih kenal kan?" Aku tidak bisa langsung mengingatnya dan mengenali orang yang bersama ibuku itu. Aku selalu tidak bisa dengan cepat menjawab pertanyaan itu. Memori di otakku sepertinya telah sangat lambat bekerja. Dokter ahi saraf pun akhirnya menyarankan kepadaku untuk melakukan scan kembali.
Dari hasil scan ke-2 aku disarankan dokter untk operasi, karena pembuluh darah yang menggumpal dan menutupi otakku harus dibuang, keluargaku pun segera mengadakan musyawarah mengambil keputusan tentang operasi yang ddsarankan dokter. Dari hasil musyawarah, ternyata keluargaku menolak dilakukan operasi atas dirkiu, karena walaupun berhasil dalam operasi, tetap saja akan ada efek samping dari hasil operasi itu, yaitu aku bsa saja lumpuh. Apalagi dokter pun tidak bisa bertanggung jawab penuh atas hasil operasi hidup atau matku.
Tiba-tiba aku teringat akan uwakku di Desa Cikeleng, Kabupaten Kuningan. Aku minta kepada ibuku agar uwakku didatangkan ke rumah sakit, ibuku pun segera mengabulkan permintaanku dengan menelpon uwakku untuk dapat segera datang ke rumah sakit menemaniku. Tidak memakan waktu sampai sehari, hari itu juga uwakku datang dan melihat diriku.
Melihat kondisiku, uwakku lalu menyarankan agar aku segera dibawa pulang saja, karena menurutnya kondisi penyakit yang kuderita bukanlah penyakit medis, tetapi penyakit non medis. Penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan peralatan dokter secanggih apapun. Tapi saat itu kelargaku tidak begitu saja percaya dengan ucapan uwakku, dan mereka tidak mengijinkannya. Mereka mash tetap bertahan dengan penyembuhan dari dokter rumah sakit itu. Maka uwakku pulang kembali ke Cikeleng.
Malam berikutnya di rumah sakit, aku bermimpi bertemu dengan seorang kuncen, kuncen itu adalah kuncen Nabi Musa AS, beliau meminta kepadaku agar aku menemui Nabi Musa , aku berkata kepada kuncen bahwa aku tidak bisa berjalan, kuncen itu naik ke atas untuk memberitahukan kepada Nabi Musa.
Nabi Musa turun dari atas, beliau berkata kepadaku "Wahai kaumku ikutlah denganku."
"Aku menjawab, "Wahai Nabi aku tak bisa berjalan, tubuhku gemuk. Bagaimana aku bisa mencapai e atas sana?" Kemudian Nabi Musa mengangkatku seolah aku ini tidak mempunyai beban berat, lalu aku dibawanya ke atas. Di sana aku diperlihatkan sebuah mushala yang sangat indah, di sana kulihat ada empat orang yang sedang berdzikir dengan memakai sorban putih. Aku pun bertanya kepada Nabi "Wahai Nabi apa yang dlakukan orang-orang itu?"
Nabi lalu menjawab "Itulah kaumku yang kin menempati mushala ini. Apabila kamu mau, akan kujadikan kau kaumku juga." Aku membalas, "Wahai Nabi, jangan kau ambil diriku dulu, karena diriku belum sepenuhnya membahagiakan orang tuaku dan istri, di mana anakku juga masih berusia 9 bulan, masih sangat butuh kasih sayang seorang ayah. Aku mohon kepadamu ya Nabi."
"Baiklah kalau itu maumu hanya satu yang kuminta darimu, bisakah kau mempertahankan ibadahmu, agar engkau tidak terjerumus menjadi orang-orang yang tersesat. Kalau engkau masih bisa mempertahankan semua itu, kau akan tetap menjadi kaumku," kata Nabi.
,br ?"Insya Allah ya Nabi, aku akan mencoba mempertahankan ibadahku ini," jawabku. Lalu aku dibawanya berkeliling mushala. Betapa megahnya mushala ini. Tetapi aneh, mengapa di pojok mushala masih ada kayun yang keropos. Aku pun bertanya kepada Nabi.
"Ya Nabi mengapa mushala yang begitu megahnya, masih ada kayu yang keropos?"
"Itulah satu tugasmu untuk di dunia." jawab Nabi.
Aku kemudian dibawa kembali ke bawah, dan aku diturunkan, dan sekitak itu aku terbangun dari tidur lelapku.Anehnya aku merasa kondisi badanku saat itu terasa lebih fit. Lalu aku meminta kepada keluargaku untuk memintakan ijin agar aku bisa segera pulang. Keesokan harinya dari pihak keluargaku pun menghadap ke dokter yang selama ini menanganiku.
Tetapi dokter yang menanganiku, tidak mengizinkanku pulang karena mengingat kondisi fisikku, selain belum benar-benar pulih. Dokter spesialis saraf juga tidak mau bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu keadaku, jika aku melaksanakan kehendak untuk pulang ke rumah. Ditambah lagi karena mata sebelah kananku pun tidak bisa melihat, tapi aku dan keluargaku meyaknkan dokter, bahwa Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa pada diriku, karena aku begitu yakin kalau uwakku dapat membantu untuk proses penyembuhan selanjutnya.
Sebelumnya aku memang telah disarankan oleh uwakku untuk dirawat di rumahnya. Setelah memperoleh ijin doter dan aku bisa pulang, aku dan keluarga pun segera berangkat e rumah uwakku di Cikeleng. Di rumah uwaku akupun mulai menjalani pengobatan lanjutan, dimana pada setiap malam, setiap pukul 01.00 WIB aku dibawa oleh uwaku ke makam buyut, makam keramat di Desa Cikeleng. Lokasi makamnya di tengah-tengah hutan, aku di sana berdzikir dengan uwaku dari pukul 01.00-03.00 WIB.
9 hari kemudian, malam itu malam Jumat Kliwon, aku disuruh untuk beristirahat oleh uwaku dari kegiatan melaksanakan dzikir dari pukul 01.00-03.00 WIB. Malam itu, tepatnya pukul 23.00 WIB, aku mendengar suara kroncongan kuda yang sedang berlari memutari rumah uwaku. Aku penasaran dengan suara itu, lalu beranjak ke tepi jendela, kulihat dari balik gorden jendela yang kusingkap, tapi tak tampak apapun di luar sana.
Akhirnya untuk menghilangkan rasa penasaranku, aku pun keluar, ternyata kulihat uwa perempuan ku sedang melakukan semedi, dan uwaku yang laki-laki, seperti sedang melakukan sesuatu. Uwaku terkejut melihatku, aku disarankan untuk masuk kembali. Sepertinya mereka sedang melakukan ritual yang sangat serius. Tepat jam 24.00 WIB pada jam dndingku di kamar, aku mendengar seperti ada orang yang sedang berkelahi, aku hanya mendengarkan saja dari kamarku, tidak berani untuk melihatnya, sampai akhirnya tanpa aku sadari, aku tertidur.
Keesokan harinya jam 10.00 pagi, ketika aku ingin mandi dan aku membuka bajuku, istriku melihat dipundakku seperti ada bekas telapak tangan. Ketika istriku menanyakan kenapa, aku pun tidak tahu dan tidak dapat menjelaskan ada apa sebenarnya pada pundakku.
Lalu aku pun keluar kamar dan menanyakan kepada uwakku. Uwakku hanya diam tidak memberi jawaban, dia hanya meminta aku berbalik membelakanginya, dan dengan membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an dan kemudian ditiupnya bekas telapak tangan yang ada dipundakku. Seketka bekas telapak tangan dipundakku itu hilang dengan sendirinya. Aku meraba keningku, karena terasa seperti ada yang mengganjal, kutarik, ternyata di keningku ada kain kafan, kemudian kuraba pipiku yang seperti ada sesuatu juga, lalu kutarik dan ternyata ada sebuah jarum. Uwakku yang melihat itu semua hanya tersenyum, dan ia berkata bahwa hal itu semua pertanda ada kemajuan dalam pengobatan sakitku, dan uwakku bilang, tidak sia-sia selama 9 hari dia melaksankan ritual.
Kini mata sebelah kananku mulai membaik dan bisa melihat, kakiku pun yang terasa lemas beberapa hari lalu sudah mulai ada kekuatan dan aku sudah bisa berjalan kembali walau kulakukan masih perlahan-lahan. Tak kepalang betapa bahagianya keluargaku melihat kemajuan yang kudapat, maka sre itu pun kami mengadakan syukuran, dengan mengundang tetangga dekat, bersyukur bahwa diriku bisa terlepas dari pengaruh mistik yang entah siapa yang sudah berbuat setega itu padaku.
Kini tinggal sisa-sisa penyakit yang ada pada dirku, aku sudah berangsur pulih seperti sedikala. Lalu aku pun di anjurkan uwakku melakukan kontrol setiap minggu. Pada kesempatan lain aku yang merasa penasaran dengan penyakitku, dan ingin sekedar tahu saja siapakah yang dengan tega berbuat hal itu pada diriku, aku tanyakan hal itu kepada uwakku.
Jawabnya sungguh sangat mengherankan, menurut uwakku, aku terkena serangan santet yang sangat ganas, di mana menurut uwakku lagi semua itu adalah karena perbuatan teman sekantorku yang merasa iri karena aku dekat dengan atasanku. Mengetahui hal itu aku hanya mengucap sykur kepada Gusti Allah, bahwa aku masih dberi kesempatan untk sembuh. Aku pun berjanji dalam hati, bahwa aku tidak akan menaruh dendam pada teman kantorku itu, sesuai yang dsarankan uwakku juga. Dendam adalah perbuatan yang sangat menyakitkan di hati. Semua hanya kepasrahan kepada Gusti Allah. Semoga teman kantorku itu dberi kesadaran Gusti Allah untuk tidak berbuat hal yang sama pada orang lain. (*)
Sumber: Mistri Edisi 561 Tahun 2013