Sabtu, 26 Juli 2014

Istriku Dikuasai Jin Betina

Istriku Dikuasai Jin Betina

Oleh: Bagaskara Shanta



Kisah tragis ini dialami oleh Pak Toto (50) asal Kota Cirebon, Jawa Barat. Mahligai rumah tangganya dengan sang istri tercinta yang telah dirajut selama 25 tahun hancur berantakan. Biang keroknya adalah sesosok jin betina yang bersemayam dalam tubuh wanita yang telah memberinya dua orang anak. Bagaimana cerita lengkap yang dialami Pak Toto? Berikut penuturannya untuk pembaca Misteri budiman....!

______________________________



Desember kelabu ternyata bukan hanya judul sebuah lagu. Sebab, bagiku bulan Desember tahun 2013 lalu benar-benar menjadi bulan kelabu. Bulan penuh duka yang nyaris membuat aku terhempas dan larut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Betapa tidak di penghujung tahun itu mahligai rumah tangga yang telah kurajut selama 25 tahun lebih bersama Eliana (sebut saja begitu), nama istriku tercinta, hancur berantakan. Badai dahsyat telah mengguncang rumah tanggaku, dan kini sudah masuk hitungan bulan kelima aku menunggu keputusan cerai dari Pengadilan Agama setempat.

Ya, eliana telah melayangkan surat gugatan cerai melalui atasannya di sebuah instansi pemerintahan. Dan konon proses cerai bagi mereka yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS), seperti kami ini, harus melalui birokrasi yang cukup berbelit. Jelas hal itu akan menghabiskan waktu yang tidak sebentar.

Aku tidak tahu kapan akan menerima surat keputusan cerai dari Pengadilan Agama setempat. Tapi yang jelas bagiku adalah ketidakpahaman diri ini terhadap biang kerok yang menjadi penyebab datangnya badai yang meluluhlantakkan rumah tanggaku. Biang keladi yang diduga menjadi penyebab pecahnya mahligai rumah tanggaku bersama Eliana adalah sesosok siluman jahat yang bersemayam di dalam tubuh istriku.

Dari berdasarkan hasil penerawangan beberapa pelaku metafisika jin itu telah menguasai Eliana sekitar lima atau enam tahun lamanya! Entah benar atau tidak hasil deteksi mereka yang jelas aku memang mulai merasakan ada keganjilan pada istriku sejak lima atau enam tahun silam.

"Jujur saja, Mah, kamu ini sebenarnya ada apa?" Tanyaku pada Eliana di pekan terakhir bulan Desember 2013 silam.

Pertanyaan itu meluncur dari mulutku karena sudah tidak kuasa lagi menahan rasa kecewa terhadap Eliana yang selalu ogah-ogahan bila kuajak bersebadan. Terus terang saja, sebagai lelaki normal aku selalu berhasrat untuk bercinta dengan istri setidaknya dua atau tiga kali dalam seminggu.

Namun kenyataan yang kudapat bukannya "jatah malam" dari sang istri, tetapi penolakan demi penolakan dengan beragam alasan yang terkadang membuat aku kecewa dan harus menahan amarah.

"Maaf, Pah, aku kan capek. Tadi siang kerjaan di kantor banyak sekali. Aku mau tidur ya," jawab Eliana bukan sekali.

Dan ia akan segera memeluk guling lau dalam beberapa detik kemudian tertidur pulas. Sementara aku sama sekali tidak diacuhkan olehnya sedikit pun di belakang punggungnya. Padahal, hasratku untuk bercinta sudah sedemikian membara! Namun sebagai suami yang coba untuk selalu berbaik hati kepada istri, aku memilih pindah tempat tidur. Aku segera mengambil bantal dan tidur di atas karpet di ruang tengah.

Meski keinginanku untuk bercinta sudah sedemikian menggeledak, aku tetap masih bisa menahan diri untuk tidak marah kepada Eliana, mungkin benar, pikirku, Eliana kecapekan setelah seharian bekerja di kantornya. Jadi sungguh tidak berprikemanusiaan seandainya aku memaksa dia untuk melayaniku tidur. Selain beralasan capek Eliana juga kerap menolak dengan alasan ngantuk yang sangat.

Sekali dua kali aku bisa penolakan Eliana untuk bercinta denganku. Seminggu dua minggu aku mungkin masih bisa menahan hasrat bercintaku. Bahkan satu atau dua bulan bukan mustahil aku masih sanggup "berpuasa" tidak menyalurkan hasrat birahi dengan istri. Akan tetapi jika masuk hitungan hingga tahunan, suami atau laki-laki mana yang bisa bertahan?

Karena itulah pada suatu kesempatan aku sengaja mengajak Eliana berdialog dengan baik-baik. Aku ingin mencari tahu apa sesungguhnya yang terjadi pada istriku itu.

"Aku ingin tahu sesungguhnya ada apa denganmu, El? Terus terang saja, aku tidak habis berpikir dengan sikapmu yang banyak menolak jika kuajak tidur," ujarku membuka dialog dengan Eliana pada suatu kesempatan di pekan terakhir bulan Desembar 2013 silam itu.

"Aku tidak mengerti dan tidak bisa pula memahami mengapa kamu selalu menolak bila kuajak tidur. Kamu selalu beralasan capek, ngantuk, dan sebagainya. Kalau pun kamu mau melayaniku di atas tempat tidur, kamu bukan sekali menta berhenti di tengah jalan dengan alasan kemaluanmu terasa sakit," lanjutku seraya menatap wajah Eliana yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun. Dia eolah-olah tidak tidak sedang berbicara denganku.

"Dan yang lebih membuatku aneh lagi," sambungku kemudian.

"Bukan sekali kamu melayani aku di atas ranjang dalam keadaan tertidur pulas! Ini benar-benar tidak wajar, Mah. Aku tidak habis pikir kog bisa-bisanya kamu melayani aku dalam keadaan tertidur pulas seperti itu?"

Sungguh, tidak ada sepatah kata pun jawaban keluar dari mulut Eliana malam itu. Rona di wajah istrku tetap beku tanpa ekspresi. Ia memilih menyibukkan diri dengan menggigit-gigit ujung jari kuku tangannya. Tidak ada guratan rasa berdosa darinya yang telah melalaikan salah satu kewajiban sebagai seorang istri.

Melihat sikap Eliana yang selalu tak acuh seperti itu, tentu saja emosiku terpancing. Amarahku mulai naik ke permukaan.

"Baiklah, kalau kamu tidak juga mau menjawab pertanyaanku, tidak jadi masalah," kataku lagi.

"Tetapi, tolong kamu jangan sampai marah atau kecewa jika suatu saat aku mencari kompensasi di luar sana. Aku ini laki-laki yang masih normal, Mah. Kalau istri di rumah sudah tidak mau menjalankan kewajibannya di atas tempat tidur, bisa saja suami mencari pelampiasan di luar rumah!"

Belum lagi aku menyelesaikan kalimat, sekonyong-konyong Eliana melompat dari tempat duduk. Tiba-tiba menghambur ke arahku seraya memeluk erat-erat. Di dadaku Eliana menghamburkan air mata yang sedemikian hebat.

Papah jangan ngomong begitu! Papah tidak boleh bicara seperti itu! Papah tidak boleh selingkuh dengan wanita lain," ujar Eliana di tengah isak tangisnya yang kencang dan hampir membuat kedua anak kami terbangun dari tidur.

"Tapi aku sangat heran, Mah. Aku tidak habis pikir kenapa kamu selalu menolak jika kuajak tidur. Tolong beri aku jawaban, Mah! Aku tidak bisa terus-terusan diperlakukan seperti ini olehmu," kataku seraya mendorong perlahan tubuh Eliana dan membimbingnya duduk di sofa.

"Aku benar-benar capek, Pah. Aku mengantuk. Sumpah aku tidak bohong," sahut Eliana dengan tangis yang belum berhenti.

"Ya..ya.. aku paham.. aku aku paham, Mah. Tetapi bukan sekali kamu menolak, bukan? Kataku seraya mengangkat wajah Eliana. Aku ingin melihat dengan kejujuran di balik matanya yang bulat.

"Pokoknya Papah tidak boleh tidur dengan perempuan lain! Mamah tidak rela kalau sampai Papah selingkuh dengan wanita lain," tangis Eliana semakin kencang.

Dan sungguh di luar dugaaanku, tiba-tiba Eliana menyeret lenganku masuk ke dalam kamar. Di sana sekonyong-konyong dia menanggakan semua pakaian yang dikenakannya hingga telanjang bulat. Ya, kini Eliana berdiri di depan mataku tanpa sehelai benang pun!

"Kalau Papah mau "begituan", ayo sekarang! Mama akan melayani Papah sampai puas. Yang penting Papah tidak selingkuh dengan perempuan lain di luar sana!" Ujar Eliana penuh dengan sangat atraktif mengajakku hubungan suami istri.

Dan tidak perlu aku ceritakan secara lengkap, malam itu aku benar-benar bergumul dengan Eliana penuh dengan nafsu birahi. Malam itu istriku benar-benar menjamuku dengan pelayanan yang sangat prima. Pelayanan ranjang seperti itu baru aku temukan dan rasakan kembali setelah bertahun lamanya hilang entah kemana.

Namun belum genap sepekan Eliana memberiku service luar biasa di atas ranjang, aku terjebak permainan asmara dengan seorang perempuan. Ia adalah orangtua salah satu mahasiswa semester kedua di perguruan tinggi tempatku bekerja.

sebut saja nama perempuan itu Arhiena, 40-an, mantan pelatih tari tradisional Cirebon. Sungguh, aku tak ingat sejak kapan dan bagaimana bisa dekat dengan perempuan yang tinggal di kawasan elite itu. Yang bisa kuingat hanya saat kedatangan Arhiena ke kampus untuk berkonsultasi perihal mata kuliah yang aku ajarkan kepada anak laki-lakinya.

"Aku minta tolong pada bapak untuk berkenan memberi bimbingan kepada Koko," ujar Arhiena, sambil menyebut nama anaknya, ketika bertemu denganku di depan kampus seusai aku memberikan kuliah.

"Anakku sepertinya kurang begitu menguasai mata kuliah yang bapak berikan."

"Hm, boleh... boleh, Bu. Tetapi aku harus melihat jadwalnya dulu ya. Soalnya, selain di kampus ini aku juga mengajar di kampus lain," jawabku entah mengapa saat itu merasa menaruh hati kepada perempuan berkulit putih bersih itu. Rambutnya sebahu Arhiena yang dibiarkan tergerai kerap menggoda hasrat laki-lakiku.

Rupanya gayung pun bersambut! Dan iblis mulai merasuk ke dalam jiwaku saat Arhiena pada beberapa kesempatan curhat kepadaku tentang perjalanan rumah tangganya yang rapuh. Iblis pun kian kuat menggodaku manakala Arhiena menelepon atau mengirimkan pesan singkat (SMS) ke nomor telepon seluler pribadiku.

Namun sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai, suatu saat akan tersebar juga bau busuknya. Demikian pula hubunganku dengan Arhiena. Meski aku berusaha untuk "rapi jali", tetapi tak urung ketahuan juga oleh Eliana! Entah bagaimana ceritanya, Eliana menginterogasiku habis-habisan sepulang aku memberi privat mata kuliah di rumah Arhiena.

"Pokonya kamu jangan bohong, Pah! Mamah tahu kalau Papah tadi berkencan dengan dengan perempuan lain. Mamah tahu apa saja yang dibicarakan dengan perempuan itu!" kata Eliana dengan nada seperti orang kesurupan.

Sabar, Mah... sabar...! Aku jelaskan dulu permasalahannya," potongku mencoba meredakan emosi Eliana yang mulai tidak terkendali.

Sabar...sabar apaan? Apa Papah mau munkir? Pokonya Papah jangan macam-macam di belakang Mamah. Karena Mamah tahu apa pun yang Papah lakukan di luar sana," hardik Eliana dengan wajah tegang karena amarah yang meledak-ledak.

"Asal Papah tahu ya kalau Mamah ini punya pendamping gaib. Pendamping gaib ini yang ngomong semua tentang Papah bersama perempuan itu!"

Sungguh, aku benar-benar terkejut mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut Eliana. Istriku punya "pendamping gaib"? Sejak kapankah itu? Rasa terkejutku kian menjadi-jadi saat Eliana benar-benar kesurupan sambil blak-blakan mengaku dirinya mempunyai jin pendamping yang selalu mamantau aktifitasku di luar rumah.

Dan ketika itu pula benakku berpikir keganjilan-keganjilan yang selama ini terjadi pada diri istriku. Jangan-jangan, pikirku, selama ini Eliana kerap menolak diajak tidur olehku karena dipengaruhi oleh jin yang bersemayam di dalam dirinya. Aku berusaha mencari tahu tentang hal itu.

Beberapa teman memiliki kemampuan supranatural segera dihubungi dan dimintai tolong untuk mendeteksi Eliana. Tak lupa teman-teman dari kalangan ustadz maupun kiyai aku datangi untuk maksud yang sama. Ada sekitar empat orang teman praktisi metafisika dan tiga orang ustadz/kiyai yang ternyata memberikan prediksi hampir sama, yakni Eliana berada dalam pengaruh siluman jahat. Jin keparat itu sudah bersemayam dalam dirinya sejak lima ata enam tahun silam.

"Sudah selama itukah?" Tanyaku kepada tiga orang yang memiliki kemampuan spiritual lumayan tinggi.

"Perkiraan kami memang begitu, Mas. Repotnya siluman tersebut sudah menyatu dengan badan wadag istri Mas, sehingga agak sulit untuk mengatasinya," ujar mereka sambil menyebutkan kemungkinan buruk bisa menimpa Eliana apabila siluman jahat itu dipaksa dikeluarkan dari tubuhnya yakni istriku bisa menjadi gila atau meninggal dunia.

"Sekarang jelas sudah penyebab istri Mas selalu menolak bila diajak bersebadan. Soalnya siluman yang ada di badan istri Mas itu jenis kelaminnya perempuan dan punya suami dari bangsa dedemit juga. Jadi tidak heran kalau Mas minta dilayani tidur akan ditolak istri Mas. Sebab yang menolak itu sebenarnya bukan istri Mas melainkan si siluman tersebut," lanjut mereka membuat aku nyaris pingsan. Siluman betina itu jelas tidak mau melayaniku karena bukan suaminya sesama siluman.

Pembaca budiman, hingga sekarang aku tidak tahu harus melakukan apa untuk membebaskan Eliana dari belenggu siluman betina jahanam. Salah seorang spiritualis memprediksi bahwa tidak ada makhluk halus di dalam tubuh Eliana, tetapi yang bersemayam di sana adalah "pegangan" atau "pelindung gaib" istriku yang konon tidak mudah diterawang.

"Hasil deteksi saya ttidak ada makhluk halus dalam diri istri Mas. Yang ada adalah pegangan atau pelindung gaib yang ketika saya deteksi seperti tertutup kabut," ujar spiritualis yang mau berbaik hati membantu mendeteksi istriku.

Bila benar demikian adanya, mengapa Eliana, istrku, harus meminta perlindungan dan mencari pegangan hidup kepada bangsa jin? Mengapa tidak langsung saja memohon perlindungan segalanya kepada Allah SWT, Sang Maha Pemilik Segala di muka jagat raya ini? Dan semenjak kapan pula Eliana berkenalan dengan bangsa jin seperti itu?

Entah berapa ribu pertanyaan berkecamuk dalam benakku hingga sekarang. Kini aku hanya bisa pasrah menerima cobaan hidup yang sesungguhnya teramat berat ini. Lepas dari benar atau tidaknya hasil deteksi gaib teman-teman tadi, kini dari hari ke hari aku tak pernah berhenti berdoa kepada-Nya semoga Eliana bisa segera menghindari kekhilafannya telah bersekutu dengan dengan jin. Terus terang saja, aku takut dan khawatir istrku itu meninggal dalam keadaan sesat sebelum sempat bertobat. (*)

Tanggapan Pengasuh
Oleh: Eka Supriatna

Dikendalikan Kekuatan Gaib
Dalam beberapa kasus, kekuatan gaib dalam bentuk jin, khodam atau yang lainnya memang bisa mengendalikan manusia. Biasanya manusia itu sebelumnya telah memiliki kesepakatan atau perjanjian dengan makhluk halus yang mengendalikan dirinya itu.

Dalam kasus istri Anda, ia telah meminta pertolongan gaib untuk memata-matai di mana pun Anda berada. Bersama siapa saja Anda berada dan apa yang Anda lakukan selama Anda jauh dari istri Anda. Maka tak heran bila istri Anda bisa mengetahui dengan tepat apa saja yang Anda lakukan.

Tapi kesalahan yang dilakukan istri Anda adalah terlalu tunduk pada perjanjian yang dibuatnya dengan makhluk halus itu. Atau mungkin juga istri Anda tidak mengetahui apa yang sesungguhnya sedang terjadi atas dirinya. Mungkin ketika ia meminta barang, pegangan atau ajimat itu ia tidak panjang lebar bertanya apa yang sebenarnya bersemayam dalam benda itu. Mungkin pula istri Anda tidak mengetahui kalau sebenarnya ia telah melakukan perjanjian gaib dengan makhluk halus.

sesungguhnya itu bisa diselesaikan dengan mengembalikan barang, ajimat atau benda apa pun yang dimiliki istri Anda ke tempat asalnya. Anda harus bertanya pada istri Anda apa yang ia miliki dan dari mana asalnya. Mungkin ia mendapatkan kekuatan gaib itudari seseorang spiritualis, dukun, atrau paranormal yang dulu pernah ditemui istri anda. Maka kepada dialah minta bantuan untuk mengembalikan kekuatan gaib yang ada dalam diri istri Anda itu. Ini adalah cara paling mudah untuk menyembuhkan istri Anda. Sebab orang yang dimintai bantuan oleh istri Anda itu pasti tahu apa yang pernah ia lakukan pada istri Anda.

Hal lain yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan istri Anda adalah melakukan ruweta, atau pembersihan diri lahir batin. Bisa dilakukan dengan melarung benda-benda mistik, piranti mistik yang dimiliki istri Anda. Buang benda-benda mistik pegangan istri Anda ke sungai, muara, atau ke laut. Ini dilakukan agar benda-benda itu dan kekuatan gaibnya bisa kembali ke alam asalnya.

Mudah-mudahan makhluk gaib yang mersemayam dalam diri istri Anda itu pun akan ikut pergi bersama benda-benda pusaka yang dilarung itu. Kemudian bisa juga istri Anda melakukan taubatan nasuha, taubat dengan sebenar-benarnya taubat.

Mendekatkan diri pada Allah, menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Untuk hal ini, Anda bisa menghubungi kiyai, ustadz atau pondok pesantren terdekat di rumah Anda. Mungkin ada solusi yang terbaik yang bisa dilakukan di pondok pesantren untuk mengembalikan kesadaran istri Anda. (*)>

Sumber: Misteri, Edisi 585, Tahun 2014