Minggu, 22 September 2013

Besale, Upacara Penyembuhan Masyarakat Anak Dalam (MAD)

Besale,  Upacara Penyembuhan Masyarakat Anak Dalam (MAD)

Upacara besale (penyembuhan) merupakan ritual Masyarakat Anak Dalam (MAD) yang bertujuan menyembuhkan sesuatu yang sakit akibat roh-roh jahat yang bersemayam dalam diri seseorang.

MAD menganggap jika ada keluarga atau kerabat yang sakit maka itu pertanda dewa telah menurunkan malapetaka. Agar dewa menjauhkan malapetaka, MAD melakukan upacara besale sebagai wujud memohon ampun. Selain menjaga hubungan dengan keseimbangan antara yang hidup dengan alam gaib. Keseimbangan yang dmaksud adalah tidak ada malapetaka yang datang kepada mereka seperti penyakit yang sulit diobati.

Prosesi besale ketika dukun besale menyanyikan mantera-mantera sambil menari tak jauh dari orang yang sakit. Sesaji yang sudah ada dipersembahkan kepada dewa-dewa agar mereka memberikan kebaikan dan menjauhkan MAD dari malapetaka. Upacara besale berasal dari daerah Mentawak Sorolangun. Prosesi upacara besale dipimpin seorang pawang/dukun yang secara turun memurun mewarisi ilmu sambil bernyanyi dan menari untuk orang yang sakit. Saat dukun menari dan menyanyi dalam kondisi setengah sadar karena arwah-arwah nenek moyang sudah masuk ke dalam tubuh sang dukun. Mulai dari pakaian putih, celana panjang berwarna putih sampai penutup kepala dan tudung yang juga berwarna putih.

Perlengkapan besale terdiri dari lonceng terbikin dari kuningan yang memiliki suara nyaring. Dua buah mangkuk kecil untuk air jampi-jampi, kain putih yang ujungnya berwarna pera dicelupkan dalam air jampi-jampi dan diteteskan pada mata orang yang sakit. Semua perlengkapan ini disimpan di atas anyaman rotan.

Peralatan lainnya adalah rumah-rumahan kecil yang dibuat dari kayu dan anyaman serta burung-burung yang terbuat dari daun kelapa dan disimpan di tiap rumah-rumahan. Burung-burung tersebut berjumlah 19 ekor.

Dalam prosesi upacara besale harus ada sesaji yang dipersiapkan untuk para dewa di antaranya caco, juwadah, bubur merah, tepung gandum, awam panggang, telur, gelamai dan lainnya. Beberapa jenis makanan yang ada dalam upacara adalah makanan yang memiliki nama khas. Jumlah jenis dan macamnya ada 18.

Keseluruhan perlengkapan untuk upacara besale harus ada ebagai syarat agar upacara bisa berlangsung dan doa meminta bisa brhasil. Apabila syarat perlengkapan upacara besale tidak lengkap maka prosesi upacara tidak brjalan dengan lancar.

Pembuka upacara besale dimulai dengan dukun yang melantunkan nyanyian berikut:

Betinjak dibungin baru sebiji
Dijajan baru setitik
Angin baru berembus
Beteduh di langit lembar payung



Karena biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelenggarakan upacara besale lumayan menguras kantong, banyak dari MAD lebih memilih puskesmas sebagai tempat berobat bagi keluarga yang sakit. Faktor lainnya adalah orang yang sakit setelah melakukan upacara besale banyak yang justru tidak sembuh. (amn/net)

Sriwijaya Post, Minggu, 22 September 2013

Fungsi Bagian Bawah Rumah Ulu



Pada ruangan bawah Rumah Ulu, yakni rumah kayu berbentuk panggung, sering dijumpai adanya peralatan seperti isaran padi, pipisan kapas, apitan (alat pembuat minyak), kepayang, kilangan (alat pembuat manisan tebu) dan nggahe (kandang ayam) serta banyak lagi yang lainnya.

Peralatan-peralatan tadi itu merupakan cerminan dari aktivitas yang dilakukan pada ruangan terbuka bawah rumah. Meskipun adakalanya tempat tersebut hanya merupakan gudang atau tempat untuk menyimpan, sedangkan pemakaian peralatan di tempat yang lain. Kala siang atau senja hari, apabila tidak ada pekerjaan di kebun, biasanya para wanita yang terdiri dari ibu rumah tangga dan anak gadis, melakukan pekerjaan mengetam padi, terutama setelah musim panen padi. Mereka sering kali mengobrol dan bercanda sehingga suara lesung dan canda tawa serasa 'menyatu' nyaman di telinga.

Pipisan kapas merupakan peralatan yang umumnya dimiliki penduduk, itu berarti daerah tersebut merupakan kawasan penghasil kapas. Pipisan kapas diletakkan di ruang bawah. Kegunaannya untuk membersihkan kapas dari bijinya, dikerjakan oleh lelaki dan perempuan.

Pun demikian halnya dengan kepayang, kilangan dan nggahe. Ini menandakan ruangan bawah juga digunakan untuk kegiatan tersebut. Selain untuk aktivtas keluarga yang menghasilkan, di ruangan bawah ini juga berfungsi sebagai tempat duduk santai para bujang, anak-anak bermain dan sebagainya. Tak heran jika di depan rumah yang sejajar dengan tiang-tiang atau atau dekat tangga dipasang pance yaitu tempat untuk duduk.

Pada saat orangtua atau anak-anak yang sudah gadis melakukan pekerjaan di ruang bawah, anak-anak biasanya juga ikut serta berada di ruangan tersebut. Mereka bermain seperti gasing untuk anak laki-laki dan masak-masakan bagi anak perempuan. Adakalanya mereka bermain ayun-ayunan sambil bernyanyi atau berpantun. Pantun yang dibawakan seringkali dilagukan .

(aminuddin/dari berbagai sumber)
Sriwijaya Post, Minggu, 22 September 2013