Lokasihnya memang agak tersembunyi, namun pendatang baru sekalipun dengan mudah bisa menemukannya. Sebab, warga sekitar gua akan dengan senang hati mengantar. Apalagi, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu sudah membangun jalan beton yang mengarah ke mulut gua. Jalan selebar 1-2 meter itu cukup lapang untuk dilalui.
Memasuki gua tersebut tidak perlu memiliki keahlian khusus layaknya penelusur gua. Pintu gua cukup lebar dan tinggi sehingga pengunjung tidak perlu menunduk, apalagi merangkak untuk memasukinya. Begitu juga ruangan di dalam gua tersebut. Lebar gua yang bervariasi, 8-20 meter, cukup lapang untuk berjalan-jalan. Jarak antara lantai gua dan langit-langitnya pun lebar, berkisar 2,7-4 meter.
Hanya, meski kondisinya lapang, pengunjung harus berhati-hati saat menapaki lantai gua dan menyusuri rute dari pintu masuk sampai ke pintu keluar. Meski sudah ada lampu penerangan di rute sepanjang 500 meter tersebut, dinding gua yang kelam tidak cukup membantu untuk menerangi isi gua. Selain pencahayaan yang tidak terlalu terang, pengunjung harus berhati-hati. Sebab, di beberapa bagian, jalanan menanjak dengan lantai yang licin.
Begitu memasuki gua tersebut, bau khas kotoran kelelawar langsung menyambut. Tidak perlu kaget jika tiba-tiba beberapa ekor binatang malam itu melintas. Pada langit-langit, ratusan kelelawar bergelantungan dengan kepala di bawah. Semua tantangan perjalanan dan sambutan itu terbayar ketika memasuki bagian tengah gua. Beragam bentuk batuan, termasuk stalagtit dan stalagmit seakan menembus lantai dan langit-langit gua. Belum hilang kekaguman menyaksikan benda-benda bentukan alam tersebut, telinga sudah terbuai dengan suara gemericik air dari bagian tengah gua. Suara itu berasal dari sungai bawah tanah di gua tersebut.
Sungai tersebut merupakan aliran anak Sungai Semuhun yang selanjutnya bertemu dengan Sungai Ogan. Meski berada di dalam gua, sungai itu cukup besar. Lebar badan sungai tersebut bervariasi, 8-12 meter. Konon, warga sekitar meyakini bahwa sungai di dalam gua itu dulu adalah pemandian bagi para putri kerajaan. Ada juga yang mempercayai bahwa air sungai tersebut mengandung khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Hanya dengan membasuh muka dengan air sungai tersebut, warga sekitar yakin bisa awet muda. Remaja yang belum mendapatkan jodoh juga bisa mencoba khasiat air sungai itu yang disebut-sebut bisa mengentengkan jodoh. Dugaan bahwa Gua Puteri pernah menjadi hunian manusia prasejarah didasari penelitian pada 2005. Balai Arkeologi Palembang menemukan jejak-jejak budaya prasejarah pada kedalaman tertentu.
Beberapa diantaranya pecahan gerabah, tulang binatang, bahkan tulang manusia. Juga ditemukan beberapa perkakas kuno, seperti batu pukul, batu pahat dan kapak batu. Temuan-temuan itulah yang mengarah pada dugaan bahwa gua tersebut pernah dihuni manusia. Dugaan tersebut diperkuat hasil penelitian tim Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslitbang Arkenas) yang dipimpin Prof Truman Simanjuntak pada awal 2009. Penelitian tersebut dilakukan di Gua Harimau yang lokasinya berdekatan dengan Gua Putri. Di Gua Harimau, tim itu menemukan empat kerangka manusia yang berdasar ciri-cirinya berasal dari zaman neolitikum. (net)
Sumber: Palembang Pos
Memasuki gua tersebut tidak perlu memiliki keahlian khusus layaknya penelusur gua. Pintu gua cukup lebar dan tinggi sehingga pengunjung tidak perlu menunduk, apalagi merangkak untuk memasukinya. Begitu juga ruangan di dalam gua tersebut. Lebar gua yang bervariasi, 8-20 meter, cukup lapang untuk berjalan-jalan. Jarak antara lantai gua dan langit-langitnya pun lebar, berkisar 2,7-4 meter.
Hanya, meski kondisinya lapang, pengunjung harus berhati-hati saat menapaki lantai gua dan menyusuri rute dari pintu masuk sampai ke pintu keluar. Meski sudah ada lampu penerangan di rute sepanjang 500 meter tersebut, dinding gua yang kelam tidak cukup membantu untuk menerangi isi gua. Selain pencahayaan yang tidak terlalu terang, pengunjung harus berhati-hati. Sebab, di beberapa bagian, jalanan menanjak dengan lantai yang licin.
Begitu memasuki gua tersebut, bau khas kotoran kelelawar langsung menyambut. Tidak perlu kaget jika tiba-tiba beberapa ekor binatang malam itu melintas. Pada langit-langit, ratusan kelelawar bergelantungan dengan kepala di bawah. Semua tantangan perjalanan dan sambutan itu terbayar ketika memasuki bagian tengah gua. Beragam bentuk batuan, termasuk stalagtit dan stalagmit seakan menembus lantai dan langit-langit gua. Belum hilang kekaguman menyaksikan benda-benda bentukan alam tersebut, telinga sudah terbuai dengan suara gemericik air dari bagian tengah gua. Suara itu berasal dari sungai bawah tanah di gua tersebut.
Sungai tersebut merupakan aliran anak Sungai Semuhun yang selanjutnya bertemu dengan Sungai Ogan. Meski berada di dalam gua, sungai itu cukup besar. Lebar badan sungai tersebut bervariasi, 8-12 meter. Konon, warga sekitar meyakini bahwa sungai di dalam gua itu dulu adalah pemandian bagi para putri kerajaan. Ada juga yang mempercayai bahwa air sungai tersebut mengandung khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Hanya dengan membasuh muka dengan air sungai tersebut, warga sekitar yakin bisa awet muda. Remaja yang belum mendapatkan jodoh juga bisa mencoba khasiat air sungai itu yang disebut-sebut bisa mengentengkan jodoh. Dugaan bahwa Gua Puteri pernah menjadi hunian manusia prasejarah didasari penelitian pada 2005. Balai Arkeologi Palembang menemukan jejak-jejak budaya prasejarah pada kedalaman tertentu.
Beberapa diantaranya pecahan gerabah, tulang binatang, bahkan tulang manusia. Juga ditemukan beberapa perkakas kuno, seperti batu pukul, batu pahat dan kapak batu. Temuan-temuan itulah yang mengarah pada dugaan bahwa gua tersebut pernah dihuni manusia. Dugaan tersebut diperkuat hasil penelitian tim Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslitbang Arkenas) yang dipimpin Prof Truman Simanjuntak pada awal 2009. Penelitian tersebut dilakukan di Gua Harimau yang lokasinya berdekatan dengan Gua Putri. Di Gua Harimau, tim itu menemukan empat kerangka manusia yang berdasar ciri-cirinya berasal dari zaman neolitikum. (net)
Sumber: Palembang Pos