Seekor ular berkepala manusia keluar dari atap rumah. Siluman ular itu kemudian masuk ke rumah warga. Dan keesokan harinya, warga yang kemasukan siluman ular itu meninggal tanpa sebab yang jelas.Kejadian ini aku alami beberapa tahun lalu, saat itu terjadi kegemparan di desa kami. Beberapa warga meninggal mendadak tanpa sebab apapun, kebanyakan usianya masih muda. Hampir tak ada yang tahu penyebabnya, hasil tes dokter menyatakan bahwa mereka semua baik-baik dan tidak mengidap penyakit apapun. Tetapi dari rumr yang berkembang mereka dijadikan tumbal pesugihan oleh beberapa orang warga desa kami yang menjalani ilmu sesat meraih kekayaan itu.
Kebetulan, di desa kami ada beberapa orang yang dinilai masyarakat meraih kekayaan dalam waktu singkat. padahal, mereka juga warga desa biasa yang menggantungkan hidupnya dari bertani dan bekerja di sawah seperti kebanyakan warga lain. Tiga orang itu, sebut saja Budi, Tole, dan Andik, tiba-tiba memiliki kekayaan yang melampaui warga lain. Berhubung baru saja terjadi kematian aneh beruntun, ketiga orang tersebut selalu menjadi pergunjingan warga karena dianggap menjalankan pesugihan.
Selama berbulan-bulan pergunjingan itu terus berlangsung. Sedemikian hebatnya gosip itu beredar hingga membuat Budi, Tole, dan Andik tak berani berkumpul dengan warga, mereka menjadi introvet dan anti sosial. Beruntung tak terjadi tindakan-tindakan brutal dan main hakim dari warga terhadap ketiga orang tersebut. Bila terjadi, tentu desa kami menjadi terkenal seantero Indonesia.
Sesungguhnya aku tak tahu menahu mengenai pergunjingan tersebut. Aku bukan orang yang suka menggunjing, karena aku juga tidak ingin menjadi bahan pergunjingan. Tetapi entah mengapajustru aku yang harus tahu kebenaran jawaban dari teka-teki kematian misterius beberapa warga desaku. Itu semua terjadi tanpa sengaja ketika aku bersilaturahmi ke rumah para tetangga ketika Lebaran Idul Fitri.
Saat berkunjung ke rumah Pak Sapto, sebut saja begitu, tetangga yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumahku. Tak biasanya keponakanku yang pendiam tiba-tiba berontak dan menangis ketakutan mnta pulang.
"Ayo pulang Mbah Uti. Ayo pulang. Aku takut," tangis Ulil, keponakanku, sambil menangis menunjuk salah satu kamar di rumah Pak Sapto.
"Jangan menangis, ayo dimaka dulu kuenya. Ini lho enak," rayuku menenangkan. Tapi ulil tetap menangis, bahkan semakin keras.
"Sudah jangan menangis, kamu takut apa?" kakakku ikut menenangkan.
"Aku takut Pa...," rengeknya.
"Takut apa?" Tanya kakakku yang juga ayahnya Ulil.
"Itu Pa, di kamar Mbah Sapto ada wanita tapi badannya ular. Di sebelahnya ada uangnya banyak," jawab Ulil. Seketka kami tertawa mendengar jawaban keponakanku yang baru berumur tiga tahun itu, tentu itu hanyalan anak-anak yang suka lihat sinetron dan film artun saja.
Tak sedikitpun terbersit pikiran negatif ketika Ulil berkata demikian, tak pernah kami menganggap kata-kata keponakan itu sebagai hal yang benar hingga lima hari kemudian. Lebaran sudah hampir seminggu berlalu, para pemudk sudah sudah banyak yang balik meninggalkan kampung kami yang sunyi. Malam itu, Ulil tak bisa tidur. Ia terlihat gelisah seolah melihat sesuatu yang mengerikan tengah terjadi. Nina bobo dan bujuk rayu ayah ibunya tak mampu membawanya terlelap.
Lonceng jam berdentang dua kali, pertanda malam telah merambat pada pukul dua dini hari ketika balita itu berjalan menuju kamarku dan membangunkanku.
"Om... om... bangun...," teriaknya membangunkanku. Aku yang sedar sore tak bisa tidur karena terganggu suara bersk kakakku merayu menidurkan Ulil menjadi terbangun.
"Om... ayo ikut aku," katanya sambil menggeret tanganku. Ia memintaku membuka pintu rumah dan mengajakku menuju teras.
Di depan teras tengah malam yang sunyi itu tiba-tiba perasaan angker menyergap diriku, mendirikan bulu kuduk.
"Ada apa kamu mengajak keluar?" Tanyaku memecah kesunyian.
Mata kecil balita itu memandangku tajam. Lama baru ia menjawab. "Om lihat genteng rumah Pak Sapto," katanya.
"Lihatlah, nanti om akan tahu sesuatu," katanya ringan tetapi membuatku semakin bergidik ketakutan di tengah malam itu.
Beberapa detk kemudian pemandangan mengejutkan terjadi di depan mataku, dari atap rumah Pak Sapto tiba-tiba keluar sesosok wanita berambut panjang dan bertubuh ular sebesar pohon kelapa. Tubuhnya berpendar leluasa menerobos genteng menunjukkan bahwa ia adalah makhluk gaib. Siluman wanita itu kemudian berjalan melata melintasi jalanan depan rumah yang berjarak beberapa meter dari tempatku berdiri. Hampir saja aku pingsan ketka makhluk jadi-jadian itu melintas di depanku sembari menoleh dan memamerkan gigi runcingnya.
Setelah makhluk itu melintas tiba-tiba muncul keberanian, aku melangkah membuntutinya hingga beberapa langkah keluar menuju jalan depan rumah. Aku meihat jelas siluman itu memasuki rumah Bagus, temanku SMP. Dalam kebingungan dan tanda tanyaku apa yang dilakukan siluman itu di rumah sahabatku, tiba-tiba Ulil memanggilku dan mengajak masuk rumah serta mengunci pintu. Balita lelaki itu kemudian menyuruhku tidur dan ia juga tidur.
Dalam kamar aku malah tak bisa tidur, sulit mempercayai apa yang aku lihat. Tetapi semua itu begitu nyata terjadi di depan mataku. Lama aku berpikir hingga rasa kantuk menyergap dan aku tertidur.
"Le.. le, bangun, Bagus meninggal," suara keras itu membangunkanku saat baru saja aku merasa terlelap. Aku sangat terkejut dan seketika terbangun mendengar kabar mengejutkan itu. Sahabatu sejak masih SMP itu kini meninggalkanku untuk selamanya.
Kematian Bagus yang tanpa didahului sakit dan sebab apapun menambah daftar kematian misterius di desaku. Aku tercengang di antara bingung dan tanda tanya. Apa hubungan antara kematian Bagus dengan apa yang aku lihat tadi malam. Apa pula hubungannya dengan kejadian Ulil menangis melihat wanita berbadan ular saat kami bertandang ke rumah Pak Sapto beberapa hari lalu. Semua serba misterius.
Lamunanku dikejutkan oleh suara Ulil yang baru saja bangun. "Ada apa Om di rumah Om Bagus kok ramai?" Tanyanya.
"Om Bagus meninggal," jawabku pelan.
"Iya Om, Om Bagus dimakan siluman ular yang datang tadi malam," jawaban Ulil mengejutkanku. Aku tersentak kaget mendengar, mendengar perkataan Ulil. Antara percaya dan tidak, tapi aku melihatnya sendiri. Sampailah aku pada kesimpulan, kematian misterius selama ini adalah tumbal pesugihan Pak Sapto.
Apa yang aku lihat kemudian membuka benang merah mengenai misteri kematian aneh di desaku. Semua pemuda yang mati mendadak ternyata sebelumnya pernah diajak berpergian dan dimanjakan oleh Pak Sapto. Semula tak ada yang curiga jika Sapto menjalankan pesugihan, selain ia aktif berjemaah di Musholla depan rumah istrinya juga pandai menyebarkan gosip behwa pemilik pesugihan adalah Budi, Tole, dan Andik. Kolaborasi keji suami istri itu memang mampu menutup lelakon sesat yang mereka jalani untuk mencapai kekayaan.
Ternyata Budi, Tole, dan Andik menjadi kaya bukan karena pesugihan, mereka hanya korban fitnah istri Sapto. Mereka kaya kerena sebab yang berbeda. Budi kaya karena mendapat bagian warisan dari neneknya yang berada di Singapura. Tole kaya karena sepetak sawah yang ia miliki dbeli dengan harga berpuluh lipat leh operator telepon untuk tiang relay. Sedangkan Andik kaya karena menggeluti bisnis on-line. Pantas mereka kaya meski masyarakat tahu ketiganya tak bekerja.
Dari Ulil aku kemudian juga tahu, rupanya balita itu terbuka indera keenamnya, bahwa Sapto mendapatkan pesughan tersebut dari Laut Selatan. Permintaan mereka untuk mendapatkan kekayaan dengan jalan pesugihan ditolak oleh Ratu Laut Selatan yang baik. Penguasa Laut Selatan itu sebenarnya memang tak pernah amu diajak kerjasama untuk melakukan perbuatab buruk. Kesempatan itu dipergunakan oleh Nyi Blorong , lelembut Laut Selatan yang jahat itu dan sesat untuk menjerumuskan mereka ke dalam kenistaan dengan menyanggupinya kaya raya melalui ritual pesugihan.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih kunjungannya sahabatku. saya harap sudilah kiranya rekan dan sahabat meninggalkan sepatah atau dua patah kata di kolom komentar ini.
Harap berkomentar dengan sopan, dan juga mohon tidak promo. tidak mencantumkan kode-kode togel atau isi komentar yang berbau togel. jika melanggar dengan terpaksa komentar saya hapus...!! terima kasih