Senin, 21 April 2014

Kendi Pesugihan Pemberian Mbah Wali

Kendi Pesugihan Pemberian Mbah Wali



Edi suka sekali mendatangi tempat-tempat keramat untuk lelaku. Kata guru spiritualnya, ia tidak boleh menghentikan kegiatannya itu sebelum mendapatkan wisik. Sampai akhirnya ia mendapatkan kendi yang ternyata bisa membuatnya menjadi orang kaya.

_______________________________


Sudah beberapa malam Edi berada di makam keramat yang ada di daerah Trowulan, Mojokerto. Ia menunggu wisik atau pesan gaib yang sekiranya akan membuat dirinya mengakhiri lelakunya. Ia tidak boleh pergi sebelum mendapatkan sesuatu dari makam itu, begitu kira-kira pesan dari gurunya.

Makam yang ekarang dijadikan Edi lelaku adalah dipercaya sebagai makamnya orang sakti. Namun, sampai 7 hari di tempat itu, lelaki itu tidak juga mendapatkan apa yang menjadi keinginannya. Ia mulai putus asa, sampai-sampai ia tidak percaya dengan semua yang telah dilakukannya.

Puncak kemarahannya adalah ia lalu dengan gerakan seperti orang kesetanan merobohkan batu nisan makam yang tidak disemen tersebut hingga ambrol dengan kakinya. Tak berhenti sampai di situ, Edi juga mengangkat sebuah kendi yang kebetulan berada di atas pusara makam tersebut. Dengan kedua tangannya, kendi itu diangkatnya tinggi-tinggi dan dibantingnya.

Sungguh di luar dugaan, kendi atau kuali itu tidak pecah atau retak barang sedikit pun. Padahal secara nalar, kendi yang terbuat dari tanah liat itu akan pecah belah menjadi potongan-potongan kecil saat membentur laintai yang keras. Edi mengambil kendi itu kembali dan hendak membenturkannya ke lantai lagi.

Tapi, tiba-tiba ia mendengar salah seorang penziarah yang kebetulan berada di belakangnya menggelepar-gelepar seperti orang yang sedang kerasukan dan mengeluarkan suara yang membuat Edi terkesima sebab mengaum seperti suara harimau. Setelah itu terdengar sebuah suara yang sangat berwibawa keluar dari mulut si penziarah yang kerasukan tersebut.

Orang yang kerasukan itu mengatakan kepada Edi untuk membawa plang kendi itu. Edi disuruh menyimpan kendi itu baik-baik, dan katanya dengan kendi itu mudah-mudahan apa yang menjadi tujuan Edi bisa terkabulkan. Namun, ada syaratnya, yaitu Edi tidak boleh menolak setiap permintaan orang yang membutuhkan pertolongannya.

Setelah berucap begitu, terdengar kembali aungan harimau sebanyak tiga kali. Lalu, kemudian menjadi senyap kembali. Seorang penziarah yang tadi kerasukan itu kembali tersadar dan seperti tidak mengerti dengan apa yang telah trjadi. Mbah Bejo, juru kunci tempat tersebut dan seorang penziarah lain mencoba menolongnya. Mbah Bejo memberinya minum segelas air putih yang baru saja diambilnya dari gentong keramat yang jaraknya hanya beberapa langkah saja.

Suasana kembali senyap untuk beberapa lama. Tanpa diminta oleh siapa pun, Edi lalu merapikan kembali nisan yang sempat dijejaknya hingga roboh dan berantakan. Setelah itu, ia mendekati Mbah Bejo dan meminta maaf atas prilakunya.

"Sudahlah, tidak apa-apa! Mungkin ini sudah menjadi kehendak-Nya! Dan, mudah-mudahan saja dengan cara ini, apa yang menjadi keinginan Saudara bisa terkabulkan!" Ucap orang tua itu.

Mbah Bejo sendiri sebenarnya tidak percaya dengan keberadaan kendi berwarna hitam kecoklatan itu. Dalam hatinya ia bertanya-tanya darimana asalnya kendi itu. Apakah kendi itu bawaan orang-orang yang berziarah atau kendi itu muncul dengan sendirinya secara gaib? Sebab, sepengetahuannya, tidak ada kendi di atas pusara keramat tersebut sebelumnya.

Sejak mendapatkan kendi itu, sedikit demi sedikit hidup Edi dan keluarganya mulai membaik. Usaha apa saja yang dilakukan selalu sukses luar biasa. Bahkan, beberapa tahun kemudian Edi dikenal sebagai orang yang kaya raya di daerahnya. Ia juga dikenal sebagai seorang yang dermawan kepada siapa saja. Setiap orang yang membuthkan pertolongannya selalu dibantunya tanpa pandang bulu, baik yang sudah dikenal atau tidak dikenalnya.

Tidak jelas, apakah sifatnya itu benar-benar karena niat ingin membantu sesama atau hanya karena itu hanya sebuah syarat agar kekayaannya tidak habis seperti yang pernah dipesankan gaibnya?

Suatu saat, lelaki ini sudah benar-benar menjadi orang yang paling kaya, datanglaj seorang laki-laki ke rumahnya. Laki-laki itu boleh dibilang cukup aneh. Sebab, ketika ditanya oleh para pembantunya tentang tujuannya, ia hanya mengatakan ingin bertemu dengan Pak Edi. Ketika diitawarkan apa yang perlu dibantu, lak-laki itu hanya menggeleng dan mengucapkan bahwa ia hanya ingin bertemu dengan Pak Edi.

Ketika para pembantu mengatakan bahwa Pak Edi sangat sibuk dan tidak bisa ditemui, lelaki itu tidak menyerah. Ia mengatakan akan tetap menunggunya sampai Pak Edi ada waktu dan mau menemui dirinya.

"Saya hanya bisa mengungkapkan tujuan saya pada Pak Edi. Jadi tolonglah, izinkanlah saya bertemu dengannya," ucap lelaki misterius itu.

"Pak Edi sedang ada di luar kota dan baru pulang beberapa hari lagi. Kalau Bapak memang ingin bertemu langsung dengan Pak Edi, Bapak bisa kembali lagi nanti. itupun kami tidak tahu pasti kapan pulangnya," ucap asisten pribadi Pak Edi dengan ramah, meski lelaki yang ingin bertemu dengan Pak Edi itu sikapnya seperti orang yang menjengkelkan.

Ia akhirnya memilih menunggu di mushala yang ada di rumah milik orang kaya tersebut. Para pembantu, termasuk asisten Pak Edi tak bisa berbuat apa-apa kecuali membiarkan saja.

Setelah menunggu sampai sehari-semalam, akhirnya pulang juga Pak Edi dari kepergiannya. Setelah berada di rumah, ia pun masih disibukkan dengan segala aktivitasnya. Dan, rupanya tidak hanya orang itu yang ingin bertemu. Tamu-tamu yang lain juga banyak yang ingin bertemu dengan laki-laki sukses itu. Sejak menjadi orang yang penting di daerahnya; Edi memang susah ditemui, lebih-lebih jika tamunya bukan orang penting. Tapi, berkat keuletan dan kesabarannya, akhirnya bisa juga laki-laki itu bertemu langsung dengannya.

"Apakah Pak Edi masih ingat kepada saya?" Tanya orang itu saat sudah berhadap-hadapan dengan Edi.

Ditanya begitu, Edi hanya mengernyitkan dahinya. Ia seperti pernah bertemu dengan laki-laki yang ada di hadapannya tersebut. Tapi, siapa dia dan pernah bertemu dengannya dimana, Edi tidak ingat betul. Meski mencoba mengingat-ingat, tapi Edi tdak juga kunjung ingat siapa sebenarnya jati diri lki-laki misterius tersebut.

"Saya adalah orang yang pernah bersama-sama Bapak melakukan ziarah di makam Mbah Wali," ucapnya.

Meski sudah mendengar ucapan itu, Edi belum juga ingat. Laki-laki itu tidak juga segera mengungkapkan jati dirinya. Ia bahkan ganti topik pembicaraan dengan memuji keberhasilan Edi hingga membuta tuan rumah menjadi bosan. Dan, setelah dirasa Edi benar-benar tidak tahu dengan siapa dirinya, barulah laki-laki itu mengungkapkan siapa dirinya.

"Saya adalah orang yang pernah melihat Bapak waktu mendapatkan kendi dari makam keramat dulu!

Edi sedikit kaget! Tapi, ia lalu mencoba menanyakan apa yang menjadi tujuan laki-laki itu. Ditanya begitu, elaki itu malah mengatakan tidak membutuhkan uang atau materi seperti yang lain. Yang ia butuhkan katanya hanyalah sebuah kendi!

Deg!!! Tiba-tiba jantung Edi seperti berhenti berdetak. Ia tidak pernah menduga laki-laki di hadapannya itu akan seberani dan senekad itu hendak mengambil sesuatu yang dianggapnya sangat penting. Buru-buru Edi menarik napas dalam-dalam dan mencoba menguasai perasaannya. Ia lantas teringat akan pesan gaib yang pernah terucap lewat mulut laki-laki yang ada di hadapannya dulu.

"Bagaimana, Pak Edi, apakah saya diijinkan membawa pulang kendi pemberian Mbah Wali itu?!"

Edi tidak juga segera menjawab. Ia seperti berpikir dengan keras untuk mengambil keputusan yang tepat. Sesuai dengan pesan gaib yang perna diterimanya, ia memangg tidak boleh menolak setiap permintaan pertolongan dari orang yang membutuhkan bantuannya.

Setelah cukup lama berpikir dengan keras, akhirnya keputusan itu diambil. "Baiklah, Bapak boleh membawa pulang kendi itu," ucapnya lirih.

Ia pun lalu masuk ke dalam rumahnya yang besar dan kembali lagi sambil membawa serta sebuah kendi yang dibungkus kain warna putih. "Bwalah Bapak pulang kendi ini, dan semoga apa yang menjadi keinginan Bapak bisa terkabulkan."

Selepas kepergian laki-laki aneh itu, Jafaril masih terteun di tempatnya. Beberapa orang yang ingin bertemu dengannya untuk sementera waktu ditolaknya. Para pembantu juga tidak ada yang berani bertanya macam-macam. Ia tahu bosnya sedang tidak bleh diganggu.

Dalam hatinya, Edi berkata bahwa ia sudah melaksanakan pesan gaib ituu dengan sebaik-baiknya. Dan, kalau memang segala apa yang telah diperolehnya akan diambil oleh Tuhan gara-gara ia memberikan kendi itu kepada orang lain, ia sudah pasrah untuk menerimanya. Di tengah perenungannya, tiba-tiba di depan pintu gerbang rumahnya terdengar orang ramai. Edi bergegas ingin tahu dengan apa yang terjadi. Di situ rupanya telah terjadi kecelakaan, yaitu sepeda motor menabrak seorang pejalan kaki.

"Itu tamu yang tadi sempat bertemu dengan Bapak!" Ucap salah seorang pembantunya.

Edi kaget sekaligus tertegun saat menyaksikan apa yang dilihatnya. Laki-laki itu terlihat tergeletak bersimbah darah dan tak jauh dari situ ada benda terbungkus kain putih yang tak lain adalah sebuah kendi. Edi bergegas menyuruh anak buahnya membawa laki-laki itu ke rumah sakit agar nyawanya terselamatkan.

Saat Edi mengambil bungkusan kain putih itu, kendi itu dirasakan masih dalam keadaan utuh tidak pecah sedikit pun. Sementara itu, orang yang berniat mengambil kendi pemberian Mbah Wali dari tangan Edi, sampai di rumah sakit nyawanya sudah tidak tertolong. (*)

Misteri Edisi 579 (05 April-19 April) Tahun 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih kunjungannya sahabatku. saya harap sudilah kiranya rekan dan sahabat meninggalkan sepatah atau dua patah kata di kolom komentar ini.

Harap berkomentar dengan sopan, dan juga mohon tidak promo. tidak mencantumkan kode-kode togel atau isi komentar yang berbau togel. jika melanggar dengan terpaksa komentar saya hapus...!! terima kasih