Rabu, 04 Maret 2015

Laku Prihatin dan Tirakat (Bag 2/selesai)



Puasa weton terkait dengann kepercayaan dan kegaiban sukma (kepercayaan pada kebersamaan roh sedulur papat). Biasanya dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan yang sifatnya penting, dan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan para roh sedulur papat dan restu pengayoman dari para leluhur, supaya kuat sukmanya, selalu peka rasa dan batin, peka firasat, hidupnya keberkahan dan lancar segala urusannya. Puasa weton tidak bisa ditukar dengan puasa bentuk lain, karena sifat dan kegaibannya berbeda.

_____________________________

Sesuai ajaran kejawen, sebelum melaksanakan puasa berdoalah di luar rumah menghadap ke timur. Begitu juga pada malam hari selama berpuasa, berdoa di luar rumah menghadap ke timur. Setelah selesai berpuasa berdoa juga mengucap syukur karena telah diberi kekuatan sehingga dapat menyelesaikan puasanya. Lebih baik lagi jika diawali atau ditutup dengan mandi kembang untuk membersihkan diri dari aura-aura negatif di dalam tubuh.

Untuk keperluan sehari-hari, misalnya untuk mempermudah jalan hidup, cukup puasa weton 1 hai (1 hari 1 malam), atau puasa Senin-Kamis saja, atau bisa juga mandi kembang saja (bisa hari apa saja sekali sebulan).

Dalam hal menjaga supaya kehidupannya selalu “keberkahan” dari dan dijauhan dari kesulitan-kesulitan, puasa ngebleng adalah yang terbaik. Biasanya dilakukan selama 1 hari 1 malam pada hari weton kelahiran seseorang.

Untuk keperluan sehari-hari untuk mempermudah jalan hidup dan mengejar sesuatu yang diinginkan, misalna untuk kemantapan bekerja dan perbaikan posisi/karir, cukup puasa weton 1 hari saja secara rutin setiap bulan. Lebih baik lagi jika disertai dengan mandi kembang untuk membersihkan diri dari aura-aura negatif di Dallam tubuh.

Dalam hal keinginan terkabulnya suatu hajat/keinginan khusus, sesuatu yang tidak terjadi setiap hari, yang biasa dilakukan adalah puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari weton kelahiran seseorang.

Dalam hal keinginan terkabulnya suatu keingina khusus yang disertai nazar, yang basa dilakukan adalah puasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari weton kelahiran seseorang, dilakukan selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut tanpa putus dan ditutup dengan suatu ritual dan sesaji penutup, atau acara tumpeng syukuran.

Dalam hal mencari suatu petunjuk gaib/wangsit, puasa ngebleng adalah yang terbaik. Biaanya dilakukan selama 3 hari 3 malam tanpa putus, hari Selasa atau Jumat Kliwon dijepit di pembersihan diri, ritual/syukuran, ritual bersih desa, ruwatan nasib/sangkala, menjamas keris, mandi kembang, ziarah, dan sebagainya.

Orang-orang yang sering melakukan laku puasa (termasuk puasa weton), biasanya kekuatan sukmanya akan meningkat. Oang-orang yang sering melakukan laku prihatin dan tirakat biasanya juga akan banyak menerima interaksi dari roh-roh lain, disadari ataupun tidak. Roh-roh itu bisa berasal dari lingkungan tempatnya berada, atau dari lingkungan tempat-tempat yang dikunjunginya (misalnya berziarah), atau juga dari roh-roh leluhur.

Bagi orang-orang terebut, sebaiknya sering melakukan mandi kembang untuk membersihkan aura-aura negatif yang berasal dari dirinya sendiri ataupun aura negatif yang menempel yang berasal dari tempat lain, supaya terselaraskan menjadi positif. Dan bagi yang sering berpuasa, gunanya mandi kembang bagi mereka juga sama, jangan sampai bertambah kuatnya sukmanya juga menambah kuat aura-aura negatif di dalam dirinya.

Puasa Ngebleng.
Puasa umumnya dimulai saat Subuh dan buka puasa saat Maghrib. Malam harinya makan dan minum.

Puasa 1 hari, berarti selama 1 hari berpuasa dari Subuh sampai Maghrib, malam harinya bebas makan dan minum.

Puasa 3 hari, berarti selama 3 hari berpuasa dari Subuh sampai Maghrib, malam harinya bebas makan dan minum.

Puasa 7 hari, berarti selama 7 hari berpuasa dari Subuh sampai Maghrib, malam harinya bebas makan minum.

Puasa Ngebleng tidak seperti itu.
Puasa ngebleng secara sederhana bisa disebut puasa penuh 1 hari 1 malam.

Puasa ngebleng 1 hari berarti puasa penuh 1 hari 1 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.

Puasa ngebleng 3 hari berarti puasa penuh 3 hari 3 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan tidak minum.

Puasa ngebleng 7 hari berarti puasa penuh 7 hari 7 malam berturut-turut tanpa putus tidak makan dan minum.

Apa benar ada puasa ngebleng 7 hari 7 malam berturut-turut tanpa putus? Ada yang sanggup?

Bagaimana puasa ngebleng 40 hari 40 malam berturut-turut tanpa putus. Siapa yang sanggup?

Ketika seseorang berpuasa ngebleng, pada hari pertama puasanya dia akan merasakan panas, lapar dan haus, sama dengan yang dialami orang lain yang menjalani laku puasa biasa.

Pada hari kedua, orang tersebut akan merasakan tubuhnya panas, mungkin juga sampai menyebebkannya sulit tidur di malam hari karena panasnya tubhnya. Karena tidak juga ada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuhnya, pada hari kedua itu tubuhnya mulai membakar cadangan makanan yang ada di dalam tubuhnya, iar, lemak, protein, gula, dsb, untuk dikonversi menjadi energi dan zat-zat makanan yang dibutuuhkan oleh sel-sel tubuh.

Pada hari ketiga, panas tubuhnya mereda dan berkurang, rasa lapar dan haus hilang. Yang terasa hanya tubuhnya saja yang lemas karena perutnya kempis tak berisi makanan.

Puasa ngebleng pada hari ketiga itu, yang dilakukan oleh orang-orang yang bersemedi atau menyepi (walaupun di dalam rumah), tidak menonton hiburan, tidak mendatangi tempat-tempat keramaian, dan tekun berdoa, berdzikir, wirid, kegaiban sukmanya akan kuat sekali dan akan memancar cukup jauh, kegaiban itu kuat sekali sampai dapat menarik perhatian dari roh-roh leluhurnya, sehingga disadari atau tidak, banyak leluhuurnya mendatangi orang tersebut untuk mengetahui apa tujuan lakunya dan akan berusaha membantu mewujudkan hajat niat dan keinginannya.

Pada hari ketiga itu, disadari atau tidak, roh sukma orang tersebut telah menguat, dan memancarkan aura kekuatan gaib yang menyebabkan roh-roh gaib tidak tahan berada di dekatnya. Berbeda dengan puasa pada orang-orang yang menjalani ilmu gaib dan ilmu khodam yang kondisi berpuasanya dapat mengundang roh-roh gaib untuk datang mendekat, puasa ngebleng ini justru pancaran gaib kekuatan suukmanya akan mengusir keberadaan roh-roh gaib lain dari tubuhnya dan dari sekitar orang itu berada.

Itu baru puasa ngebleng 3 hari, belum yang 7 hari, apalagi puasa ngebleng 40 hari seperti yang biasa dilakukan tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa jamann dulu. Orang-orang yang terbiasa melakukan puasa itu, seperti tokoh-tooh kebatinan dan pertapa jaman dulu, akan memiliki kekuatan sukma yang luar biasa, yang bahkan pancaran energi kekuatan sukmanya menyebabkan roh-roh kelas atas seperti dewa dan buto pun tida tahan berada di dekatnya dan tidak aan berani datang untuk maksud menyerang.

Pancaran kekuatan sukma orang-orang itu saat sedang menjalani laku puasa dan tapa bratanya sangat menghebohkan alam gaib. Di pewayangan pun diceritakan ketika ada seseorang yang gentur dalam puasa, tapa brata, dan semedinya, kondisinya menyebabkan khayangan panas dan goncang, dan menyebabkan para dewa tidak tahan, sampai-sampai para dewa mengutus dewa lain atau bidadari untuk menghentikan/menggagalkan tapa brata orang tersebut, dan mereka akan memberikan apa saja yang diinginkan orang itu asal mau menghentikan tapanya.

Kaena itu dalam melaukan puasa ngebleng orang-orang jaman dulu akan melakukannya dengan cara menyepi, di dalam rumah, di goa atau di tempat-tempat keramat, supaya tidak ada yang menggangu.

Kekuatan sukma orang-orang itu luar biasa sekali, sehingga pada jaman dulu banyak tokoh-tokoh kebatinan dan pertapa yang bukan hanya linuwih dan waskita, dan mumpuni dalam ilmu kesaktian, tetapi juga menjadikan sukma mereka dengan muatan gaib, sehingga kemampuan moksa yang dilakukan tokoh-tokoh kebatinan jaman dulu, berpindah bersama raganya ke alam roh tanpa melalui proses kematian, adalah siatu hal yang biasa. Bahkan banyak yang melakukan tapa brata dalam rangka mandito meninggalkan keduniawiannya, kemudian moksa dengan sendirinya dalam kondisi bertapa.

Orang-orang itu, karena kekuatan gaib sukmanya, tidak lagi membutuhkan khodam makhluk halus untuk kekuatan ilmunya. Kekuatan dan kegaiban sukmanya-lah yang melakukannya. Tetapi jika ada sesuatu sosok gaib yang akan mau datang untuk menjadi khodam pendampingnya, maka hanya gaib-gaib yang setingkat dengan kekuatan sukmanya saja yang akan datang menjadi pendampingnya, bukan gaib-gaib kelas rendah yang tidak tahan dengan pancaran energi kekuatan sukmanya.

Puasa ngebleng melambangkan kekuatan tekad dan niat seseorang untuk terkabulnya suatu keinginan. Bahkab banyak orang pada jaman dulu yang melakukan tapa dan puasa ngebleng, tidak akan menghentikan tapa bratanya sebelum hajat keinginannya terkabul (sampai turun wangsit bahwa permintaannya dikabulkan).

Puasa ngebleng terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma manusia. Karena itu kegaiban dalam puasa ngebleng tidak dapat dibandingkan/disamakan atau ditukar dengan puasa bentuk lain. Semakin gentur laku puasa seseorang, semakin kuat sukmanya dan semakin kuat kegaibannya. Puasa ngebleng banyak dilakukan oleh orang-orang yang bergelut dalam dunia kebatinan/spiritual dan tapa brata.

Puncak kekuatan sukmanya hanya terjadi pada saat seseorang berpuasa ngebleng, sedangkan pada hari-hari selanjutnya kalau tidak lagi melakukan puasa, maka kekuatan sukmanya itu akan menurun lagi. Karena itu pelaku kebatinan dan keilmuan kebatinan jaman dulu menjadikan laku puasa ngebleng ini sebagai ritual yang akan selalu dilakukan secara berkala. Juga untuk melatih keilmuannya itu atau menekuni suatu ilmu kebatinan baru akan dilakukannya dengan berpuasa, sehingga kekuatan dan kegaiban ilmunya tinggi.

Tetapi jika puasa ngelbeng itu dilakukan oleh orang-orang yang masih awam dalam ilmu kegaiban, mungkin kegaiban dan kekuatan sukmanya itu tidak akan banyak dirasakannya. Walaupun begitu, pancaran kekuatan sukmanya itu akan menjauhkannya dari roh-roh gaib yang sifatnya mengganggu, dan sisi lain dari kegaiban sukmanya akan membuat/tead dalam keinginan-keinginannya menjadi lebih mudah terwujud dan ketajaman serta kepekaan batinnya akan semakin tinggi.

Tetapi karena semakin banyaknya orang yang meninggalkan dunia kebatinan, maka puasa ngebleng inipun semakin ditinggalkan. Bahkan para praktisi ilmu gaib dan ilmu khodam seringkali mempermudah laku puasanya. Misalnya untuk mendapatkan suatu ilmu gaib tertentu cukup puasa biasa saja dari Subuh sampai Maghrib atau hanya puasa berpantang makanan tertentu saja, yang dilakukan selama 3 hari, 7 hari, 21 hari, atau 40 hari, dan selama berpuasa itu malam harinya dharuskan mewirid amalan gaibnya.

Selama berpuasa itu pada malam harinya diharuskan mewirid amalan gaibnya tujuannya adalah sebagai usaha melatih memperkuat kemampuan seseorang dalam mengsugesti ilmu gaibnya akan kuat dan hafal mantranya di luar kepala.

Selama orang itu berpuasa dan berdzikir, tubuhnya memancarkan energi tertentu dan pikirannya akan memancarkan gelombang tertentu. Pancaran energi tubuh dan gelombang pikiran inilah yang seringkali mengundang datangnya suatu sosok makhluk halus tertentu kepada manusia. Keberadaan sosok halus itu kemudian dapat menjadi khodam ilmu gaibnya, menjadi sumber kekuatan gaibnya, sehingga walaupun kemudian sudah tidak lagi rajin berpuasa dan tidak lagi rajin mewirid amalan ilmunya, selama khodamnya bersamanya, kapan saja ilmu itu diamalkan tetap akan berfungsi.

Jadi bsa juga dikatakan, untuk dengan sengaja mengundang suatu sosok gaib untuk datang mejadi khodam pendamping, maka cara puasanya adalah puasa bentuk ini. Hanya saja kita harus teliti dan waspada mengenai siapa sosok halus yang datang mendampingi kita itu.

Puasa Weton.
Puasa weton adalah termasuk jenis puasa ngebleng yang dilakukan pada hari kelahiran seseorang, yang perhitungan waktu mulai berpuasa dan menutup puasa dilakukan berdasarkan perhitungan hari dalam kalender jawa. Puasa weton (wetonan) adalah puasa untuk memperingati hari kelahiran seseorang sesuai laku dalam budaya Jawa.

Puasa weton terkait dengan kekuatan dan kegaiban sukma (roh pancer dan sedulur papat). Biasanya dilakukan untuk terkabulnya suatu keinginan yang sifatnya penting, dan untuk menjaga kedekatan hubungan dengan roh sedulur papat dan restu pengayom dari para leluhur, supaya kuat sukmanya, selalu peka rasa dan batin, peka firasat, peka bisikan gaib, hidupnya keberkahan dan lancar segala urusannya. Puasa weton terkait dengan kegaiban yang berasal dari sukma manusia sendiri (kegaiban kesatuan roh pancer dan sedulur papat). Puasa weton tidak berhubungan dengan kegaiban roh-roh lain.

Puasa weton tidak bisa disamakan atau diperbandingkan atau dtukar dengan puasa bentuk lain, karena sifat dan kegaibannya berbeda. Puasa weton yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak memahami atau tidak meyakini keberadaan roh sedulur papat kegaibannya tidak akan sebaik mereka yang melakukan dengan landasan kepercayaan pada roh sedulur papat. Keyakinan pada keberadaan dan kebersamaan roh sedulur papat dengan pancer akan memperkuat kegaiban sukma dan memperkuat interaksi roh sedulur papat dan para leluhurnya dengan seseorang.

Dalam kehidupannya sehari-hari kekuatan sukma akan membantu dalam kemantapan bersikap, membantu membuka jalan hidup dan menyingkirkan halangan dan kesulitan-kesulitan, dan interaksi sedulur papat akan membantu peka rasa dan firasat, peka bisikan gaib, mendatangkan ide-ide dan ilham, peringatan-peringatan dan jawaban-jawaban permasalahan.

Sesuai tradisi Jawa puasa weton dilakukan dengan berpuasa pada hari keahiran seseorang (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, Sabtu, Minggu) yang sesuai dengan hari pasaran kelahirannya (Pon, Pahing, Wage, Legi, dan Kliwon). Dengan demikian hari weton kelahiran seseorang akan selalu berulang setiap 35 hari sekali.

Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore hari sebelumnya dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari yang bersangkutan. Jadi, batas suatu hari adalah pada pukul 5 sore, dan mulainya hari adalah pada pukul 5 sore.

Berarti hari Senin dimulai ppada hari sebelumnya (Minggu pukul 5 sore dan berakhir pada hari Senin tersebut pukul 5 sore).

Hari Senin itu pada pukul 6 sore (Maghrib) sudah terhitung hari Selasa, karena sudah melewati batas hari Senin pukul 5 sore.

Ada beberapa hitungan hari dalam puasa weton sebagai berikut:

1. Puasa weton sehari penuh.
Artinya puasanya dilakukan 1 hari Jawa (sehari semalam, 24 jam).

Puasa weton sehari ini adalah yang secara umum dilakukan dalam budaya masyarakat Jawa. Misalnya, hari kelahirannya adalah Selasa Pahing, maka puasanya dimulai pada hari sebelumnya, yaitu Senin pukul 5 sore dan berakhir pada hari Selasa Pahing tersebut pukul 5 sore.

2. Puasa weton 3 hari (hari weton dijepit di tengah).
Artinya puasa dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa putus, yaitu puasa pada hari weton ditambah 1 hari sebelumnya dan 1 hari sesudahnya, sehingga total puasa menjadi 3 hari Jawa terus-menerus. Misalnya kelahiran Rabu Kliwon, maka puasanya dilakukan selama 3 hari, yaitu Selasa, Rabu Kliwon, dan Kamis terus-menerus tanpa putus. Hari Selasa dimulai pada hari sebelumnya, yaitu Senin pukul 5 sore. Hari Kamis berakhir pada pukul 5 sore.

Jadi puasa weton 3 hari itu dimulai pada hari Senin pukul 5 sore dan berakhir ada hari Kamis pukul 5 sore terus-menerus tanpa putus siang dan malam.

3. Puasa weton 3 hari selama 7 kali berturut-turut.
Artinya, puasanya dilakukan selama 3 hari Jawa terus-menerus tanpa putus yang dilakukan selama 7 kali berturut-turut tanpa putus (selama 7 bulan berturut-turut).

Jenis puasa ini biasanya dilakukan untuk keinginan terkabulnya suat keinginan khusus yang bukan sesuatu yang bisa terjadi sehari-hari (biasanya disertaii nazar), atau untuk keinginan terkabulnya suatu keinginan khusus yang berat, yang kadarnya tinggi, yang bagi seseorang sulit untuk dicapai, sehingga diperlukan suatu laku tambahan demi terkabulnya keinginannya itu, yaitu ppuasa ngebleng 3 hari 3 malam pada hari weton kelahiran seseorang, dan dilakukan selama 7 kali (7 bulan) berturut-turut tanpa putus dan ditutup dengan suatu ritual dan sesaji penutup (tumpeng), atau acara syukuran.

Puasa weton menjadi sempurna setelah pada penutupan puasa dilakukan pemberian sesaji untuk roh sedulur papat dan pancer sebagai berikut (salah satu):

1. Paling baik, mandi kembang telon (kembang tujuh rupa/setaman lebih baik), yaitu mandi guyuran air kembang dari kepala basah semua sampai ke kaki.

2. Kedua terbaik, makanan jajan pasar 7 macam, dimakan sebagai makanan buka puasa.

3. Bubur merah putih, yaitu bubur tepung beras (bubur sumsum) yang diberi gula jawa cair, dimakan sebagai makananbuka puasa.

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih kunjungannya sahabatku. saya harap sudilah kiranya rekan dan sahabat meninggalkan sepatah atau dua patah kata di kolom komentar ini.

Harap berkomentar dengan sopan, dan juga mohon tidak promo. tidak mencantumkan kode-kode togel atau isi komentar yang berbau togel. jika melanggar dengan terpaksa komentar saya hapus...!! terima kasih