Oleh: Restoe Prawironegoro Ibrahim
Suasana terasa makin mencekam. Angin malam berdesir, menyebarkan hawa dingin. Sisa tetesan air hujan membasahi daun pepohonandi sepanjang jalan setapak itu. Di balik kekelaman malam, terdengar suara burung malam menggema di kejauhan.
______________________________
Dari jalan setapak itu, samar terlihat seseorang berjalan. Sesekali langkahnya berhenti sejenak, kemudian melangkah lagi dengan tertatih-tatih. Ia mencoba menembus gelapnya malam. Tangan kirinya seperti membawa bungkusan tas plastik hitam. Sedang tangan kanannya memegang sebuah senter kecil yang sudah tak seberapa terang. Sosok it uterus berjalan, tanpa menghiraukan dinginnya udara malam.
Lolongan anjing liar sesekali terdengar memilukan. Menambah seramnya suasana malam. Ustadz Solmed, sedang dalam perjalanan pulang seusai memberikan ceramah pengajian di suatu tempat yang berbatasan dengan daerah pelosok desa terpencil sangat jauh dari perkotaan.
Dan Ustadz Solmed pun sudah lama memberikan ceramah pada jemaah di sebuah desa terpencil itu, dan ini rutinitas yang harus dilakukan setiap bulan apabila sudah mendapat giliran untuk mengisi pengajian di desa tersebut.
Karena setiap musim hujan, jalan yang dilalui becek dan licin, terpaksa sepeda motornya harus dititipkan pada seorang teman di perbatasan kota itu. Ustadz Solmed melanjutkan perjalanan ke desa tempat pengajian dengan naik ojek. Karena jalan setapak menuju desa tak dapat dilewati kendaraan, terpaksa hanya sampai di ujung jalan setapak tersebut. Dari situ, Ustadz Solmed lalu melanjutkan perjalan dengan jalan kaki sekitar dua kilometer sebelum sampai di desa yang akan dituju. Pulangnya pun demikian. Seperti yang ia lakukan malam itu.
Tanpa terasa perjalanannya sudah hampir tiba di tempat tujuan. Dari kejauhan sudah tampak kerlip lampu rumah temannya. Ustadz Solmed mempercepat langkahnya agar segera keluar dari jalan setapak yang becek tersebut.
Sampai di tikungan jalan beraspal, Ustadz Solmed berhenti sejenak. Menghela napas sambil membersihkan sandal karetnya yang dipenuhi lumpur akibat tanah becek. Tak jauh dari tikungan terdapat sebuah pemakaman umum.
Ketika hendak melanjutkan perjalanan, Ustadz Solmed melihat bayangan seorang wanita berjalan ke arahnya. Sejenak ia merasa kaget dengan kemunculan wanita itu.
Hatinya bertanya-tanya; “Dari manadatangnya wanita tersebut? Lalu mengapa malam-malam begini berada di daerah itu?” Perasaan Ustadz Solmed bukan tanpa sebab. Ia merasa heran, melihat seorang wanita berkeliaran seorang diri di jalanan yang gelap dan sepi. Apalagi setelah turun hujan. Sementara daerah tersebut jauh dari perkampungan penduduk.
Pemandangan tak wajar tersebut membuat Ustadz Solmed semakin bertanya-tanya dalam hati: “Jangan-jangan. . . . jangan-jangan. . . . . . . . . . .?” dugaannya mulai pada hal-hal berbau mistik.
Ah. . . . . paling-paling ia perempuan nakal desa seberang yang pulang malam agar tidak diketahui tetangganya,” gumam Ustadz Solmed sedikit menghibur hatinya.
Namun Ustad Solmed tidak bisa menghilangkan ketakutannya tatkala kemunculan wanita itu disertai datangnya bau wangi yang menusuk penciumannya. Hidungnya kembang kempis, mencari sumber datangnya bau wangi itu. Keringat dingin mulai membasahi tubuh. Detak jantungnya semakin kencang.
Dengan sembunyi di balik sebuah pohon besar di tepi jalan, Ustadz Solmed mengamati gerak-gerik wanita itu. Tak disangka-sangka ternyata wanit itu justru berjalan ke arahnya. Bau wangi semakin menusuk hidungnya. Sekilas Ustadz Solmed menangkap wajah wanita itu, yang ternyata masih sangat muda.
Dari wajahnya yang bersih, mengesankan wanita tersebut tergolong orang yang cukup perhatian dalam merawat tubuh. Rambutnya terurai sampai ke punggung. Warna pakaian tak begitu jelas, tertutup gelapnya malam.
Yang jelas, pakaian yang dikenakannya agak ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuhnya sangat menonjol dan membuat terangsang setiap lelaki yang memandangnya. Hal ini membuat ustadz Solmed semakin penasaran untuk mengenalinya, meski rasa takutnya semakin menjadi-jadi.
Kurang beberapa meter saja jarak antara ustadz Solmed dengan wanita itu. Tiba-tiba wanita itu menoleh ke arahnya dan tersenyum. Rasa takut ustadz Solmed mendadak hilang dan spontan ia keluar dari bailk pohon. Dengan langkah perlahan, ustadz Solmed mendekati wanita itu hingga posisinya hampir berhadap-hadapan. Akhirnya, terjadi sebah percakapan dan perkenalan.
Tiba-tiba saja ustadz Solmed kehilangan prasangka dan tanda tanya yang muncu saat wanita itu berada di hadapannya. Ustadz Solmed juga lupa bahwa dirinya berada di sebuah persimpangan jalan dekat kuburan yang jauh dari pemukiman penduduk. Yang dia ingat hanyalah ia sedang berkenalan dengan wanita cantik nan lembut.
Dari perkenalan dan percakapan yang terjadi, tampaknya ustadz Solmed setuju untuk mengantar wanita itu sampai ke rumahnya. Sesaat kemudian, keduanya sudah sampai di rumah wanita itu.
Ustadz Solmed merasa sangat heran kerana masih berjalan beberapa puluh meter saja sudah sampai di eumah si wanita. Ia mengira rumahnya berada di seberang desa. Oleh wanita tersebut ustadz Solmed langsung dipersilakan duduk. Rumah itu tampak begitu megah dengan taman bunga yang indah dan teratur.
Belum selesai ustadz Solmed mengamati rumah wanita itu, tiba-tiba keadaan jadi gelap gulita. Anehnya si wanita seperti cuek saja tak memperdulikannya. Yang tampak sedikit terang hanyalah kamar wanita tersebut. Itupun seperti cahaya dari lampu minyak. Si wanita masih terus menanyakan hal-hal tentang pribadi ustadz Solmed.
Begitu juga yang dilakukan ustadz Solmed. Hingga akhirnya, ustadz Solmed menanyakan pada wanita itu, mengapa tinggal di rumah itu sendirian? Apalagi jauh dari tetangga. Namun wanita tersebut hanya diam. Sesaat kemudian beranjak dari tempat duduknya menuju ke kamar. Tidak berapa lama ia muncul kembali bersamaan dengan tersebarnya aroma wangi minyak serimpi dan kembang kuburan yang bercampur bau amis darah.
Ustadz Solmed terperanjat, wanita itu tiba-tiba sudah berdiri membelakanginya. Dalam kesadaran yang tak penuh, ustadz Solmed merasa ketakutannya kembali muncul, seperti saat-saat pertama kemunculan wanita itu. Setelah itu, dengn sisa-sisa keberanian, ustadz Solmed menanyakan kepada wanita itu, apa yang terjadi?
Seraya membalikkan badan hingga posisinya berhadap-hadapan dengan ustadz Solmed, wanita tersebut berkata; “Bapak jangan kecewa bertanya seperti itu!” jawaban itu ia sampaikan dengan suara memelas.
Kembali ustadz Solmed kembali terperanjat, bahkan hampir saja pingsan. Wanita cantik kenalan barunya, berubah menjadi wanita yang sangat menyeramkan. Kepalanya pecah dengan isi kepala dan darah segar keluar membasahi seluruh tubuhnya.
”Sepuluh hari yang lalu aku terlidas sebuah truk hingga keadaanku jadi begini. Sakit Bapak! Tak seorang pun yang menolongku saat itu,” ujarnya. Selesai berkata demikian, gadis itu merintih kesakitan dan diakhiri sebuah teriakkan yang memilukan. Lalu dengan tiba-tiba, gadis itu menghilang. Ustadz Solmed merasakan suasana menjadi lebih gelap, pekat dan hening sekali.
Ustadz Solmed mendapati dirinya bukan lagi berada di rumah gadis itu, melainkan di sebuah kuburan yang nampak masih baru. Ustadz Solmed baru sadar kalau dirinya baru saja mengalami kejadian yang mengerikan. Untung saja ia termasuk orang yang shaleh, karena memang ia seorang guru ngaji.
Meski sempat ketakutan, ia masih bisa menguasai diri hingga tidak sampai pingsan atau lari terbirit-birit. Yang dilakukannya, justru ia lalu berdoa di kuburan tersebut dengan harapan penghuninya diberikan ketenangan.
Ustadz Solmed lalu melanjutkan perjalanan ke rumah temannya, dimana sepeda motornya dititipkan. Sesampai di tempat tujuan, ustadz Solmed masih nampak pucat, menceritakan kejadian mengerikan yang baru dialaminya. Dari temannya itulah diperoleh keterangan, bahwa yang dimakamkan di kuburan itu adalah seorang gadis desa korban tabrak lari yang mengakibatkan kematian si gadis.
Tragisnya, gadis tersebut ditemukan warga setempat pada keesokan harinya oleh seorang warga yang berangkat ke pasar. Mungkin saja gadis yang ditemui ustadz Solmed malam itu adalah arwah gadis yang mati mengenaskan tempo hari. Dan mungkin karena kematiannya yang tak wajar, arwahnya menjadi gentayangan (*)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih kunjungannya sahabatku. saya harap sudilah kiranya rekan dan sahabat meninggalkan sepatah atau dua patah kata di kolom komentar ini.
Harap berkomentar dengan sopan, dan juga mohon tidak promo. tidak mencantumkan kode-kode togel atau isi komentar yang berbau togel. jika melanggar dengan terpaksa komentar saya hapus...!! terima kasih