Senin, 17 November 2014

Dendam Kesumat Istana Kerajaan Ratu Nyi Wulan Ungu

Dendam Kesumat Istana Kerajaan Ratu Nyi Wulan Ungu

Oleh: Restoe Prawironegoro



Barman, tak pernah berhenti berpikir tentang Indirwati yang begitu tega dan kejam terhadap dirinya, menghina dan mengoyak-ngoyak harga dirinya. Kata-kata yang diucapkan Indirwati terus saja mengiang ditelinga Barman.

___________________________



“Kamu tidak berguna, dan kamu tidak akan pernah bisa membahagiakan aku, karena kamu orang miskin, kamu tidak lebih seperti sampah, Barman!”

Kata-kata itu lambat laun menumbuhkan rasa dendam yang semakin mengkristal sehingga kebencian kepada Indirwati tidak dapat dihapus begitu saja. Sebulan kemudian Barman sudah tidak tahan lagi dengan penghinaan itu sehingga ia berteriak sekencang-kencangnya di pinggir sungai untuk menumpahkan rasa benci terhadap Indirwati. Barman duduk di tepi sungai dan terus bertanya-tanya dalam hatinya dengan tatapan mata yang hampa, menatap aliran sungai.

“Apa sebenarnya yang telah terjadi dengan Indirwati?” Barman terus bertanya-tanya. Bagaimana pun hubungan dengan wanita itu hampir dua tahun dan selalu baik-baik saja. Demikian pula dengan Wiryokusumo dan Roro Ayu yang telah merestui hubungan cinta mereka. Tapi mengapa tiba-tiba Indirwati berubah menjadi gadis berhati kejam.

Tanpa disadari Barman duduk di tepi sungai sampai matahari hampir tenggelam. Saat hari hampir gelap, tiba-tiba Barman melihat sosok bayangan hitam muncul dari arah dalam sungai, kemudian bergerak mendekati Barman. Semakin dekat bayangan itu, tubuhnya hitam legam, matanya yang besar bersinar, giginya runcing-runcing. Barman hanya terpaku dan tidak bisa berbuat apa-apa ketika makhluk itu dengan cepat menymbar tangannya.

Barman terus dibawa lari oleh makhluk itu ke dalam sungai. Tetapi anehnya, badan Barman tidak basah dan tidak seperti berada di dalam air. Beberapa saat kemudian, makhluk yang membawa Barman memasuki sebuah goa yang berisi ribuan tengkorak-tengkorak berserakan dimana-mana. Bahkan Barman sempat menginjak beberapa tengkorak-tengkorak itu. Setelah perjalanan sekian lamaakhirnya Barman sampai di istana kerajaan yang megah. Di depan gerbang istana itu Barman melihat banyak penjaga istana lengkap dengan senjatanya. Saat makhluk itu membawa Barman mendekati pintu gerbang istana, seluruh pasukan memberi hormat dan menundukkan kepalanya.

Makhluk itu terus berjalan menuju pintu gerbang dan tiba-tiba gerbang itu terbuka dengan sendirinya. Barman dibawa masukke dalam istana. Di halaman istana Barman disambut oleh dayang-dayang kerajaan, lalu dibawa menghadap ratu. Bagai terhipnotis Barman tidak dapat berkedip dan terus menatap ratu. Ia demikian terkagum-kagum dengan kecantikan ratu, apalagi ketika tersenyum ramah.

“Selamat datang di istanaku, Barman!” ratu menyambut kedatangan Barman. Barman agak terkejut dan bertanya-tanya dalam hatinya, darimana ratu tahu namaku dan siapa sebenarnya ratu ini.

“Kau tidak perlu banyak bertanya, Barman, nikmati saja apa yang ada di sini,” jelas ratu kemudian. “Aku akan membuatmu senang dan membuat semua keinginanmu tercapai.”

Bagai kerbau dicocok hidung, Barman menuruti apa yang diperintahkan ratu. Barman kemudian terus mengamati seluruh ruangan istana yang dindingnya terbuat dari emas serta butiran-butiran berlian. Demikian pula dengan mahkota ratu yang berbentuk kepala buaya, ama-sama dihiasi emas dan berlian. Saat Barman sedang terlena dengan apa yang dilihatnya, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara tepukan tangan ratu yang mengisyaratkan agar dayang-dayang meninggalkan ruangan itu hingga di dalam ruangan itu hanya ada ratu dan Barman.

“Barman, aku akan memberikan harta yang berlimpah dank au akan kujadikan orang yang tampan, asal kau mau memenuhi syarat dariku,” jelas ratu membuat Barman semakin tidak mengerti dengan apa yang sedangterjadi. Barman memang tidak menyadaribahwa sebenarnya ia berada di sebuah kerajaan siluman.

“Syarat apa yang diinginkan ratu?”

“Kau harus menyerahkan Indirwati kepadaku!” lagi-lagi Barman dibuat terkejut saat ratu menyebut mantan kekasihnya itu. Namun sesaat kemudian kembali rasa sakit itu terasa mencubit-cubit hatinya.

“Aku setuju dengan syarat itu ratu, tetapi aku ingin mengetahui mengapa ratu menginginkan Indirwati dan apa hubungannya Indirwati dengan ratu?” akhirnya Barman mencoba menyelidiki apa sebenarnya yang sedang terjadi. Mendengar pertanyaan dari Barman, ratu hanya tersenyum lalu terdengar berkata lagi. “Baiklah kalau kau ingin tahu,” jelas ratu kemudian.

“23 tahun yang lalu, anakku, Pangeran Praba terpikat oleh kecantikan Roro Ayu ibunya Indirwati, anakku jatuh cinta kepadanya. Pada saat pergantian tahun, tapat jam 12.00 malam, anakku datang menemui Roro Ayu lalu mereka bercinta dan melakukan hubungan intim dan ketika Roro Ayu hamil satu bulan, dia menikah dengan Wiryokusumo. Pada saat mereka berhubungan itulah Pangeran Praba telah memasukkan mustika kembar berwarna ungu ke dalam perut Roro Ayu sampai lahirnya Indirwati, mustika kembar itu bersemayam di kening Indirwati. Tetapi saat Indirwati berusia 40 hari, Wiryokusumo mengetahui semua itu, lalu mengambil dan menghancurkan mustika kembar itu dengan kesaktian ilmu Tangkal Mustika yang dimilikinya. Tanpa mustika kembar itu aku tidak dapat mengambil Indirwati dari tangan Wiryokusumo. Hanya orang yang disakiti oleh Indirwati yang dapat membawanya kepangkuanku. Dan orang itu adalah kau, Barman,” jelas ratu panjang lebar. Barman hanya termangu mendengar penjelasan ratu. Kini ia telah mengetahui apa hubungan antara ratu dengan Indirwati.

“Apabila kau dapat menyerahkan Indirwati, maka sesuai janjiku, kau akan kuberikan harta yang berlimpah dank au akan kujadikan pria tampan. Tetapi apabila kau mengingkari syarat yang aku ajukan maka kau akan kusatukan dengan dengan ribuan tengkorak-tengkorak di goa Ungu di perbatasan istana.”

“Baiklah ratu, aku akan menjalankan perintah ratu, tetapi aku ingin tahu satu hal lagi, siapa ratu sebenarnya?”

“Aku penguasa kerajaan ini, gelarku Nyi Wulan Ungu, dan aku adalah dari bangsa siluman, kerajaan ini adalah kerajaan siluman buaya dan akulah ratu siluman buaya!”

Jantung Barman seakan mau copot, saat mengetahui keberadaannya di kerajaan siluman buaya. Tetapi ketika Barman kembali mengingat penghinaan Indirwati atas dirinya, ketakutan itu seolah punah tanpa bekas.

“Terimalah mustika kembar ini, dan tempelkan di kening Indirwati tepat jam 12.00 malam saat pergantian tahun. Setelah itu kau bebas dari perjanjian denganku.”

Barman menerima mustika kembar itu. Mustka kembar tersebut adalah kembaran dari mustika yang telah dihancurkan Wiryokusumo. Lalu Barman diberkan mantra tarik sukma agar dapat dengan mudah memanggil sukma Indirwati.

“Baik ratu, semua perintah ratu akan aku lakukan,” jelas Barman. Setelah berkata demikian, tiba-tiba saja tubuh Barman seperti melayang dan kini Barman telah berada di pinggir sungai seperti saat Barman ditarik oleh makhluk hitam itu.

Dua bulan telah berlalu, kini tiba saatnya Barman untuk membalsa dendamnya dengan Indirwati. Tepat pada malam pergantian tahun, dimana Barman harus menjalankan perintah ratu siluman buaya dan ia telah siap untuk membaca mantra tarik sukma.

Sementara itu di rumah Indirwati, ia mendengar suara yang terus memangilnya namanya dan seperti dibimbing oleh suatu kekuatan yang tidak nampak, Indirwati terus melangkah mengikuti suara yang memanggilnya. Wiryokusumo merasa curiga dengan tingkah laku Indirwati, dia mengikuti langkah Indirwati dari belakang, ketika Barman hendak menempelkan mustika kembar itu di kening Indirwati, tiba-tiba terdengar uara Wiryoksumo membentak Barman.

“Hentikan Barman!” teriak Wiryokusumo. Seketika itu Barman terkejut saat melihat Wiryokusumo di tempat itu.

“Tidak, aku haru melakukan ini, dan aku mohon kau jangan ikut campur Pak Wiryo!”

“Barman dengarkan aku, kau tidak boleh melakukan itu, karena itu sama saja kau membunuh Indirwati orang yang kau cintai!”

“Persetan dengan ucapanmu itu, Pak Wiryo, dia telah menghina dan menghancurkan hatiku. Dia telah menyakiti aku, sudah sepantasnya dia menerima pembalasanku.”

“Aku mengerti perasaanmu, Barman,” Wiryokusumo melemahkan suaranya dengan harapan Barman mengurungkan niatnya, tetapi Barman nampak semakin geram.

“Pak Wiryo, aku tidak ada urusan denganmu dan dengar aku sudah tahu semuanya, Indirwati bukanlah anakmu, tapi dia anak Pangeran Prab, putra ratu siluman buaya,” jelas Barman.

“Kita bicarakan baik-baik Barman, agar tidak saling mencelakakan,” Wiryokusumo kembali membujuk Barman karena Wiryokusumo tidak mencelakakan Barman. Sebenarnya bagi Wiryokusumo tidaklah terlalu sulit untuk merebut mustika kembar yang berada di tangan Barman.

Wiryokusumo kembali berkata, “Semua yang kau katakana adalah benar, memang Indirwati anak Pangeran Praba, karena itu aku melindungi Indirwati dar bahaya yang akan mengancamnya, karena kau pun sudah tahu, Pangeran Praba adalah bangsa siluman buaya.”

“Aku tidak peduli, dia akan kuserahkan pada ratu siluman buaya,” tegas Barman. Namun Wiryokusumo tidak putus asa, dia terus membujuk Barman.

“Barman, apabila kau membatalkan niatmu, aku yakin Indirwati akan menjadi milikmu, dia akan menjadi istrimu,” Barman mulai ragu dengan niatnya, setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Wiryokusumo.

“Apa kata-katamu bisa dipercaya Pak Wiryo, dan bagaimana perjanjianku dengan ratu siluman buaya itu, aku akan dibunuhnya jika ak melanggar perjanjian dengannya.”

“Percayalah padaku, dan aku akan menyelesaikan semuanya,” Wiryokusumo berjanji pada Barman.

Perlahan Barman menjulurkan tangannya kepada Wiryokusumo dengan menyerahkan mustka kembar itu, bersamaan dengan Wiryokusumo menerima itu, tiba-tiba sebuah sinar ungu berkelebat menghantam tubuh barman, sehinga barman mengeluarkan darah dari mulutnya.

Beruntung mustika kembar itu telah berada dalam genggaman Wiryokusumo, sinar ungu itu kini menyerang Wiryokusumo, tetapi Wiryokusumo dapat menahannya dan membalas dengan pukulan tenaga puser bumi dan sinar ungu itu langsung menghilang. Wiryokusumo merapatkan kedua tangannya, sesaat kemudian Wiryokusumo telah berada di alam siluman dan bertarung dengan ratu siluman buaya. Mereka mengadu kekuatan dan kesaktian hingga pada akhirnya Wiryokusumo dapat mengalahkan ratu siluman buaya.

Ratu siluman buaya itu menghilang setelah mengancam Wiryokusumo dengan kata-kata. “Aku akan membalasmu Wiryo.”

Wiryokusumo kembali ke alam nyata dan menghancurkan mustika kembar ungu itu dengan ilmu tangkal mustika. Sementara itu Barman merasakan sakit yang luar biasa. Wiryokusumo membantu Barman untuk memulihkan kondisi tubuhnya dengan menyalurkan energi tenaga dalam ke tubuh Barman. Setahun kemudian, semua yang dikatakan Wiryokusumo pada Barman mbenar-benar menjad kenyataan. Kini Indirwati telah menjadi istri Barman dan mereka hidup rukun dan bahagia selamanya (*)

Sumber: Misteri Edisi 587 Tahun 2014

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih kunjungannya sahabatku. saya harap sudilah kiranya rekan dan sahabat meninggalkan sepatah atau dua patah kata di kolom komentar ini.

Harap berkomentar dengan sopan, dan juga mohon tidak promo. tidak mencantumkan kode-kode togel atau isi komentar yang berbau togel. jika melanggar dengan terpaksa komentar saya hapus...!! terima kasih